Pada 7 Juni 2017 lalu,
saya menghadiri undangan Kementerian ESDM yang membahas tentang tarif listrik.
Sengaja saya hadir karena ingin mengetahui lebih dalam tentang tarif listrik
yang sebenarnya.
Saya juga bukan
termasuk tipe orang yang mudah menghakimi sesuatu jika belum tahu akar
permasalahannya. Maka dari itu, undangan ESDM ini sangat kebetulan. Disamping
saya ingin tahu sebenarnya tentang sebab kenaikan listrik itu juga ingin
membagikan informasi dari sumbernya untuk yang suka mengeluh soal listrik naik.
Akhir-akhir ini baik di
dunia nyata maupun media sosial, banyak yang mengeluhkan soal kenaikan listrik
dan yang memaki-maki serta ngomel-ngomel tentu saja belum tahu sebabnya. Jadi
saya bagikan informasi berikut ini langsung dari sumbernya.
Narasumber yang hadir
memberikan pencerahan adalah Pak Denny Marbun, Kepala Divisi PLN dan Pak Jisman
dari ESDM.
Sebelum membahas soal
tarif listrik, kita ketahui dulu yuk kelompok daya beserta tarif per kWh nya.
- Kelompok 450 VA (Subsidi) Tarif per kWh Rp.415
- Kelompok 900 VA (Subsidi) Tarif per kWh Rp.586
Dua kelompok ini adalah
masyarakat kurang mampu yang tetap membayar listrik sesuai dengan harga
subsidi.
- Kelompok 900 VA (Non-Subsidi) Tarif per kWh 1352
- Kelompok 1300 VA (Non-Subsidi) Tarif per kWh 1467
Kelompok dua terakhir
adalah kelompok masyarakat mampu yang dulunya menerima subsidi dan mulai 1
Januari 2017 subsidi untuk kelompok masyarakat mampu dicabut mengingat subsidi
tersebut agar sampai pada kelompok masyarakat yang berhak dan tepat sasaran.
Jadi, kelompok mampu itu bukannya dinaikkan tarif listriknya tapi dikembalikan
ke tarif yang sebenarnya. Dan subsidi dialihkan ke yang lebih tepat.
Subsidi listrik
diberikan kepada 27,2 Juta rumah tangga dengan rincian:
450 VA kepada 23,1 Juta
Rumah Tangga dan 900 VA kepada 4,1 Juta Rumah Tangga. Jadi, yang berhak
menerima subsidi listrik adalah Rumah Tangga Kurang mampu 40% termiskin (25,7
Juta RT/93 Juta individu di Indonesia)
50% Rumah Tangga Mampu
terkaya tidak lagi menerima subsidi listrik. Dulu subsidi listrik tidak tepat
sasaran dari kelompok 40% termiskin hanya menerima 26% subsidi sedangkan 50%
terkaya menikmati 73% subsidi padahal seharusnya 40% termiskin menerima 100%
subsidi listrik.
Kelompok terkaya tidak
lagi menerima subsidi listrik untuk keadilan masyarakat, artinya subsidi hanya
untuk yang tidak mampu. Alasan keduanya adalah untuk mempercepat penyediaan
listrik bagi 7 Juta Rumah Tangga tanpa listrik, 28 Juta individu tanpa listrik
dan 2500 desa yang belum merasakan listrik.
Jika merasa tidak mampu bisa mengadu ke sini dengan alur melalui kelurahan dulu |
Dalam hal ini,
pemerintah sudah berupaya untuk memberi keadilan, tinggal masyarakatnya yang
harus ada kerja sama untuk menyalurkan subsidi ke masyarakat yang lebih
membutuhkan. Kalau saya, dari pada subsidi lebih besar dinikmati masyarakat
kaya, mendingan untuk daya 900 VA itu memang dilepas subsidinya agar 100%
subsidi bisa buat yang tidak mampu.
Sebagai solusi bagi
pemakai listrik dengan Daya 900 VA non subsidi, sebaiknya bijak dalam mengelola
pengeluaran rumah tangga, jangan mencak-mencak listrik naik tapi beli rokok
sama pulsa hp jalan terus melebihi anggaran beli beras.
Selain itu, terapkan
pola hemat energi, matikan lampu saat tidak digunakan, cabut semua saklar
ketika tidak digunakan dan hindari posisi stand
by. Pilih barang elektronik yang hemat energi dan jadikan hemat energi
menjadi bagian dari gaya hidup.
Masyarakat emang kurang banget mendapatkan keterangan2 gini, ditambah lagi sama menjamurnya situs2 hoaks. Semoga pemerintah dapat mengatasi penyebar2 hoaks yg meresahkan.
ReplyDeleteBener mbak, tidak ada kenaikan tarif, hanya pencabutan subsidi saja. Mungkin jika disosialisasikan lebih baik lagi kepada masyarakat luas, tdk akan ada komentar yg salah persepsi.
ReplyDeleteHal seperti ini butuh sosialisasi yang lebih masif lagi. Karena masih banyak masyarakat yang belum paham tentang dicabutnya subsidi.
ReplyDeletedi rumahku pake listrik voucher. kadang ya belinya berdasarkan voucher aja sebulan misal isi 100 ribu. paling yang diingetin kira2 bisa dapat berapa kwh nya aja.
ReplyDeletemisal nih, ada terjadi kenaikan gimana kita bisa tahu kalau yang pakai voucher listrik ya mbak ani.
baru ngeh soal hitung-hitungan tarik listrik
ReplyDeletebener juga bu, kadang kita malah pada kontra soal tarif listrik, sementara belanja gila-gilaan, termasuk rokok...
Asyik banget kalau subsidi listrik diberikan kepada yang tepat ya teh
ReplyDelete