Biografi Yohana Yembise, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2014-2019 |
Notif WhatsApp sore itu membuat
saya berbinar karena tuntas sudah rasa kangen saya dengan acara KPPPA
(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) yang biasanya rutin
saya ikuti namun belakangan sudah jarang malah nyaris taka da undangan acara.
Alhamdulillah Komunitas
Indonesian Social Blogpreneur (ISB) dipercaya untuk menghadiri peluncuran Buku
Biografi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Periode 2014-2019
Ibu Yohana Yembise. Pada 17 Oktober 2019 di Gedung Sapta Pesona Jakarta.
Prosesi Peluncuran Buku Biografi Ibu Yohana |
Memasuki Balariung Soesilo
Soedarman rasanya merinding. Musik dan Adat Papua menghiasi setiap sudut dan di
depan pintu masuk ada photobooth dengan Rumah Adat Papua di depan rumah adat
tersebut berdiri gambar Ibu Yohana Yembise menanti tamu yang ingin foto bareng.
Saya pun tanpa dikomando langsung ikut berpose di sana.
Mengikuti rangkaian peluncuran
Buku Biografi Ibu Menteri yang terkenal sangat sederhana ini, serasa sedang
berwisata ke Papua. Begitu segar, meriah namun tetap bersahaja. Tarian dan lagu
berbahasa Papua disuguhkan sebelum talkshow dimulai. Semua undangan terlihat
begitu menikmatinya termasuk saya. Semakin tak sabar jadinya ingin mengunjungi
Indonesia Timur, kampong halamannya Ibu Menteri ini. Mudah-mudahan tercapai.
Aamiin.
Beberapa saat kemudian talkshow dimulai, suasana haru
menyelimuti saat Presenter Metro TV Prita Laura memberi pengantar. Menceritakan
kenangan indahnya bersama Ibu Menteri di Afganistan yang penuh gejolak. Ibu
Yohana adalah orang Indonesia ke-dua setelah Presiden Soekarno di Tahun 60-an
yang berkunjung ke Afganistan.
Ibu Yonaha mengunjungi Afganistan
karena permintaan beberapa kali pemerintah dan Fisrt of Lady negara tersebut yang ingin mendaulat Ibu Yohana
mengisi forum di sana, untuk menginspirasi para perempuan Afganistan. Acara
tersebut adalah Symposium on the Role and Contribution of Afganistan Women for
Peace 2017.
Keberanian menanggung risiko dan niat tulusnya
menerangi dunia dan memberi secercah harapan pada para perempuan di negara
konflik patut diacungi jempol!
Perjalanan Ibu Yohana selama
menjabat Menteri PPPA tidak mudah, selalu banyak hambatan termasuk saat
berdiskusi dengan DPR. Namun atas nama cinta, Ibu Yohana yang naluri keibuannya
sangat kuat, apapun diperjuangkan termasuk turun langsung ke bawah untuk
mengais aspirasi masyarakat. Terutama kaum perempuan dan anak.
Guru besar dan professor
perempuan pertama di Papua ini, menerapkan kelebihannya saat mengajar di
Universitas Cendrawasih, selalu peka terhadap siapapun sehingga tak sulit untuk
berempati. Contohnya, saat menguak kasus Angeline yang dihabisi ibu tirinya
sendiri. Ibu Yohana punya feeling
kuat dan masalah pun cepat tertangani.
Ibu Yohana sangat berapi-api dan
haru saat mengemukakan persoalan anak yang dihukum mati. Saat beliau melakukan
kunjungan kepada anak yang menunggu giliran untuk menjalani hukuman mati, Ibu
Yohana bertanya pada anak tersebut, apa yang ingin disampaikan? Ternyata anak
ini ingin bertemu ibunya dulu sebelum dihukum mati. Tanpa piker panjang, Ibu
Yohana langsung memeluk anak tersebut dan bilang bahwa beliau adalah ibunya
juga.
Dari kejadian tersebut, Ibu
Yohana mendesak Presiden untuk membuat Perppu atas perubahan Undang Undang No
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, mengatur hukuman mati bagi pelaku
kekerasan seksual pada anak. Dari desakan ini maka diputuskan untuk anak-anak
tak diberlakukan hukuman mati namun maksimal 10 tahun penjara.
Buku Biografi setebal 274 halaman yang diedit oleh Yudhistira Ardi Noegraha Moelyana Massardi ini,
sangat menarik di bagian pertama, empat dan seterusnya karena menceritakan
kehidupan Ibu Yohana sejak kecil hingga sekarang beserta perjalanannya menempuh
pendidikan tinggi hingga ke Kanada, Singapura dan Australia.
Portfolio karirnya pun sangat
padat berisi dan Ibu Yohana sempat mendapatkan penghargaan dari Simon Fraser
University Canada karena perannya dalam pemberdayaan perempuan sudah memberikan
kontribusi yang cukup baik.
Jika teman-teman membaca Buku
tersebut, dijamin ikut bergejolak dan sangat ingin melakukan sesuatu yang
berharga untuk mengisi kehidupan agar tak sia-sia.
Membaca bahasan Program 3 Ends di Buku Ibu Yohana, yang
fokus pada Penghapusan kekerasan pada anak dan perempuan, Akhiri perdagangan manusia dan Hapuskan
kesenjangan sosial dan hak mendapatkan kesejahteraan pada perempuan, membuat
saya teringat empat tahun lalu.
Di awal Ibu Yohana menjabat Kemen
PPPA, beruntung saya ikut aktif dalam programnya dan ikut rangkaian acaranya di
Yogyakarta yang dibalut dalam acara PUSPA. Dan saya pun ikut berkontribusi dalam
pendirian Serempak.id portal perempuan di bawah naungan KPPPA. Membuatkan
sosial media nya juga menyumbang artikel. Alhamdulillah senangnya bisa
berkontribusi terhadap kinerja Ibu Yohana yang inspiratif.
Sekretaris Menteri, Menteri PPPA dan Pihak Gojek |
Dalam kesempatan yang sama, KPPPA
juga menandatangani MoU bersama GOJEK dalam upaya kerjasama perlindungan
terhadap perempuan dan anak yang mempunyai payung hukum agar para perempuan
terhindar dari kekerasan dan pelecehan seksual. Karena perempuan pun penting
mendapatkan perlindungan saat menggunakan transportasi online tersebut.
Layanan lainnya seperti GO
Massage dan GO Food yang pelaku usahanya didominasi perempuan, penting juga
mendapatkan perlindungan dan pedoman etikanya. Untuk GO Food sendiri, telah
membantu para pelaku UKM perempuan yang kini menguasai pasar.
Persoalan perempuan yang
memerlukan perhatian khusus telah ditangani dengan baik dalam pemerintahan Ibu
Yohana selama menjadi menteri. Baru 5 tahun berjalan walau lambat namun fokus
seperti yang dikatakan Arist Merdeka Sirait. Terlepas dari berbagai pendapat
yang ada, Ibu Yohana telah memenangkan hati anak-anak Indonesia dan telah
memperjuangkan hak-hak anak yang paling penting.
Ayo kita dukung 3Ends! |
No comments