Setelah ditetapkan menjadi salah
satu dari 5 destinasi wisata prioritas Indonesia, tiga bulan lalu saya semakin
menguatkan diri untuk bisa mengunjungi Danau Toba. Sekalian mengunjungi tanah
leluhur yang selama ini saya idamkan karena belum pernah sekalipun saya
menginjakkan tanah leluhur dari pihak Bapak saya yang Orang Batak.
Rezeki tak terduga ini, saya
dapatkan saat menghadiri acara Kementerian Perhubungan yang berkolaborasi
dengan Kementerian Pariwisata dalam sosialisasi dan promosi 5 Bali baru yang
ditargetkan menjadi destinasi utama wisatawan lokal dan mancanegara. Lima
destinasi wisata tersebut adalah Borobudur (Jawa Tengah) Mandalika (Nusa
Tenggara Barat) Likupang (Sulawesi Utara) Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dan
Danau Toba (Sumatra Utara).
Saat itu, Pak Dirjen melontarkan pertanyaan,
bagi yang berhasil menjawab, diberi hadiah wisata ke danau Toba. Barakallahu!
Alhadulillah saya dan teman saya Rizky berhasil menjawab pertanyaan Pak
Dirjen. Berkat Ikan air tawar yang
Bahasa Bataknya adalah Pora Pora alhamdulillah saya bisa menjejakkan kaki di
Danau Toba.
Pelabuhan Muara latar belakang Pulau Sibandang |
Kapal Motor Penduduk yang sedang merapat |
Hari Pertama
Kami didampingi oleh Pak Harry
dan Pak Bowo dari Kementerian Perhubungan Ditjen Perhubungan Darat. Yup! Untuk
angkutan di danau dan sungai masuknya ke perhubungan darat. Karena kami akan
berkeliling pelabuhan-pelabuhan di Danau Toba.
Sangat excited ketika hendak landing di Bandara Silangit, hamparan
awan yang lembut berlatar belakang danau dan gunung -gunung membuat saya
berdecak kagum tak henti di jendela pesawat. Ingin cepat turun dan menghirup
udaranya yang bersih, sejuk dan segar.
Langsung ke tujuan untuk
menikmati keindahan Danau Toba sekaligus visit beberapa pelabuhan. Saya, Rizki,
Pak Harry dan Pak Bowo dijemput Pak Mirza di Silangit langsung menuju Pelabuhan
Muara. Hamparan danau dengan air gradasi tosca, dari Pelabuhan Nampak Pulau
Sibandang. Pulau yang sudah terisi banyak penduduk mapan. Menurut penduduk
lokal yang saya ajak ngobrol, rata-rata penduduk di Pulau Sibandang berprofesi
petani rempah, manga dan nelayan.
Kemapanan penduduk ini, terlihat
dari banyaknya penumpang kapal motor yang membawa sepeda motor dan mobil
pribadi.
Semakin banyak jumlah penumpang
dan muatan lainnya dari dan ke pulau di sekitar Danau Toba, membuat pemerintah mengevaluasi
terus infrastruktur kapal dan konektivitasnya agar aspek keselamatan terpenuhi.
Pak Harry dan Pak Bowo tampak melakukan
pendataan terhadap kapal-kapal pribadi milik warga yang dikomersilkan. Pak Bowo
menjelaskan bahwa setiap kapal harus memenuhi kriteria dengan standar keamanan
yang telah ditetapkan. Misalnya, harus tersedia pelampung di setiap kursi penumpang,
mesin prima dan layak, muatan penumpang dan barang tak melebihi kapasitas,
ruangan yang bersih, pengemudi kapal harus tersertifikasi dan masih banyak
lagi.
Monitoring ini penting sekali
sebagai antisipasi terjadinya kecelakaan yang merenggut banyak nyawa seperti
tenggelamnya Kapal Sinar Bangun. Kejadian ini jangan sampai terulang. Oleh
karena itu, pemerintah terjun untuk sosialisasi kepada masyarakat dan pengemudi
kapal supaya menaati aturan, tidak memaksakan diri naik kapal saat penuh muatan.
Dari Pelabuhan Muara, kami menuju
Pelabuhan Balige di jalan Bukit Barisan Kabupaten Toba Samosir. Sama indahnya
denga Pelabuhan Muara. Infrastruktur pun mulai tertib dan di sini, letaknya
dekat pemukiman penduduk. Sempat ngobrol sama orang lokal dan mereka sangat ramah.
Menurut penduduk lokal, sebelum
dibangun pelabuhan ini terkesan kumuh tapi sekarang sudah rapid an enak
dipandang mata dan tak merusak pemandangan danau yang indah.
Puas foto-foto dan melihat
kapal-kapal yang merapat, kami jadi tahu betapa upaya Kementerian Perhubungan
masif melakukan monitoring terhadap aktivitas pelabuhan dan mendata kapal-kapal
motor yang beroperasi setiap harinya. Menghasilkan banyak peningkatan kesadaran
pemilik kapal motor penumpang pribadi untuk ikut serta menerapkan aspek keamanan.
Perjalanan kami lanjutkan ke
Galangan Porsea. Tempat di mana Kapal Roro dibangun untuk menambah
infrastruktur transportasi di Danau Toba. Begitu sampai di sana, saya langsung menuju
bibir danau yang unik. Bersebelahan dengan aliran Sungai Asahan. Keunikannya,
di danau ini memiliki pasir putih seperti di pantai. Ingin rasanya berlama-lama
duduk di sana jika waktunya tak kejar-kejaran.
Kapal Ro-Ro yang sedang dibangun di Galangan Porsea |
Saya bersama Rizky, Pak Harry dan Pak Bowo |
Danau di Galangan Porsea berpasir putih |
Rangka Kapal RO-RO 200 GT dengan kecepatan 11 Knot ini, punya kapasitas
120 penumpang, 9 Unit Truk sedang dan 15 Unit kendaraan. Kapal ini sedang tahap
pembangunan.
Hari pertama selesai mengunjungi
tiga pelabuhan lalu kami bertolak ke Parapat dan menginap di sana. Sungguh
bikin hati saya melonjak! Gimana tidak girang? Hotel tempat kami menginap
view-nya Danau Toba! Otomatis saya bangun tidur langsung menuju danau untuk menikmati
oksigen bersih yang melimpah dan foto-foto tentunya.
Hari Kedua
Cuaca mendukung banget pas hari
kedua sehingga kami bisa berangkat ke Pelabuhan Ajibata dengan lancar. Baik
untuk pengambilan konten maupun lainnya.
Kami menunggu Kapal Pora Pora
yang baru diluncurkan pada 2019. Kapal Motor Penumpang Pora Pora mengangkut
penumpang dari Pelabuhan Ajibata ke Pelabuhan Ambarita.
Saat ini, masih diperbantukan
untuk Ajibata – Ambarita namun ke depannya akan diperuntukkan rute Pelabuhan
Balige – Onan Runggu.
Terlihat antusias warga yang menumpang
kapal ini. Bahkan rela menunggu kapal Pora Pora walau sudah ada kapal lain yang
siap berlayar.
Pelabuhan Ajibata |
Ruang kemudi Kapal Pora Pora |
Kapal Pora-Pora saat mendarat di Pelabuhan Ambarita |
Perlengkapan kapal Pora-Pora yang memenuhi aspek keamanan dan kenyamanan |
Jam 10.00 kapal yang dinanti pun
tiba. Semuanya begitu tertib. Kendaraan satu per satu masuk. Terlihat penampakan
kapal yang gagah, bersih dan menarik. Tak heran jika warga banyak yang antusias
menaiki kapal ini baik untuk berbagai keperluan maupun untuk wisata.
Spesifikasi Kapal Pora Pora
berukutan 300 GT ini punya ruangan yang luas, AC sejuk, toilet banyak biliknya
dan bersih, perlengkapan seperti pelampung, sekoci, pemadam kebakaran dan
aspek-aspek keamanan lainnya.
Kapal Pora Pora memuat 180 penumpang
dek dan 10 ABK. Juga memuat 12 X 10T Truk sedang, 3 X 1,5T Sedan MPV dan
kendaraan alternatif 2 21 X 1,5T Sedan MPV.
Hadirnya kapal-kapal pemerintah membantu
sarana transportasi masyarakat yang memenuhi segala aspek keamanan juga
konektivitasnya. Otomatis juga memperlancar roda perekonomian masyarakat karena
berhasil mengangkut barang-barang dagangan serta segala urusan yang mengharuskan
bolak balik menyeberang dari satu pulau ke pulau lain di sekitar Danau Toba tanpa
banyak hambatan.
Alhamdulillah saya diberikan berkesempatan untuk
melihat ruang ABK hingga tempat mesin kapal. Suatu privilege yang sangat menyenangkan. Terima kasih Kementerian
Perhubungan. Cerita lainnya akan disambung di artikel baru.
Alhamdulillah Teh, rezeki nomplok ya ikut seneng bacanya saya juga ingin traveling lagi bersama keluarga ❤️
ReplyDeleteIndah banget pengalamannya, Teh. Dari menjawab pertanyaan Pak Dirjen bisa wisata keliling pelabuhan-pelabuhan cantik di Toba. Pora-pora itu ikan pora-pora itu mirip ikan bilis yang ada di Danau Maninjau ya. Di toba juga diabadikan jadi nama kapal
ReplyDeleteKinerja Kemenhub bener2 nyata. Nggak ngira danau Toba dengan bbrp pelabuhannya bisa serapih dan sebersih itu. Sebenarnya masyarakat Toba punya karakter keras tapi mudah diatur. Soalnya bbrp tahun silam sempet lama di sekitaran Toba. Masyarakatnya juga gampang akrab ko. Kesan pribadi aku suka sama orang Batak ketimbang suku ku sendiri. Hahaha...
ReplyDeleteHiks Teh Ani bikin aku envy teh hehehe. 5 Bali Baru juga termasuk dalam bucket list ku teh, semoga bisa kesana satu per satu. Next ajak2 aku yah teh ;)
ReplyDeleteDuh kabayang eta riweuhna na kapal cai haha. Btw aku kapan ya ke Danau Toba, hehe.
ReplyDeleteMasya Allah teteh.. beneran rezeki banget ini, ngga terduga. Emang kalo udah niat plus ikhtiar, ada aja jalannya yah.
ReplyDeleteWah salut sama dinas dan Kementerian perhubungan. Makin bagus yah pelabuhanya.
Ditinggu next story-nya teteh.
Rezeki nggak kemana ya Teh, menang kuis waktu itu akhirnya membawa Teh Ani mudik ke tanah lelulur, sungguh pengalaman yang menyenangkan ya Teh.
ReplyDeleteAsli saya juga mupeng lihat pelabuhannya dengan pemandangan alamnya yang indah itu Teh, semoga saya juga bisa ke Danau Toba. Aamiin...
Aaaaaah rasanya Raisa pengen banget ke Danau Toba, apalagi mampir ke berbagai pelabuhan cantik yang ada di sana.
ReplyDeleteSemoga setelah pandemik corona kelar ini kita ada rejeki buat bisa mampir ke berbagai wisata dan pelabuhan cantik di Indonesia yah tante Ani :)
Di danau Toba ada budidaya ikan seperti di Cirata gak Teh? Ikan khas apa ya dari Toba? Apa pora-pora itu namanya?
ReplyDeleteSemoga keindahan alam Toba ini tetap lestari ya. Sehingga anak cucu masih bisa melihat secara langsung
Wih, mantap.euy, gara2 bisa menjawab pertanyaan pak dirjen, Teh Ani bisa dapat gretong ke Danau Toba dan sekitarnya hehehe 😍 Itu kapalnya mayan gede ya bisa muat 120 penimpang dll. Suamiku yang pernah dinas ke Medan trus mampir ke sini. Indah banget pemandangannya, katanya.
ReplyDeleteRejeki mah gak akan kemana ya Teh. Senang nya bisa mendapatkan pengalaman ke Danau Toba dan menaiki kapal pora pora. Pemandangan Danau Toba memanglah indah dan membanggakan pariwisata Indonesia
ReplyDeletePengalamannya luar biasa sekali Teh Ani. Jarang-jarang bisa masuk sampai daleman kapal kayak. Aku pun selalu penasaran tiap naik kapal. Selama ini pengalaman naik kapal baru ke Bali sama ke Lampung. Udah bolak-balik kalau keduanya sejak jaman kecil dulu. Tapi tahunya ya area penumpang aja. ternyata keren banget ya dalemannya.
ReplyDeletemasya Allah semakin ingin bersapa dengan Danau Toba, suatu saat nanti semoga. Dan memang sering kali resiko mengenai muatan ini menjadi issue ya teh, semoga kalo diminta 120 orang penumpang maksimal, diikuti ya
ReplyDeleteMasyaAllah pengalaman yang luar biasa banget yaa teh bisa explore Danau Toba yang cantik banget. Belum kesampean aku kesana teh eheh. Semoga setelah Corona berlalu aku bisa kesana aamiin
ReplyDeleteDuh belum pernah jalan2 ke Medan atau daerah lain d pulau Sumatra. Wish list nya k danau toba
ReplyDeleteAku beberapa kali ke Danau Toba. Ini tempat paling cantik dan berkesan walaupun aku udah mengunjungi banyak negara. Tapi belum pernah naik kapal Pora-pora. Bagus banget. Sejak kejadian kecelakaan itu, memang warga lokal cukup was-was naik kapal melewati Danau Toba. Semoga pengawasannya selalu ketat dan mengutamakan keselamatan orang banyak
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa berkeliling pelabuhan-pelabuhan di Danau Toba ya, Teh
ReplyDeleteSaya pernah keliling via darat. Jadi dari rumah waktu itu di Langkat, terus muterin kota-kota seputar Danau Toba sampai balik ke Langkat lagi. Sekitar 4 hari waktunya untuk roadtrip ini. Dan memang Danau Toba ini memesona sekali. Jadi penasaran pengin keliling pelabuhannya. Semoga bisa nanti
Emang rezeki itu datang dari arah yang tidak terduga. Jawab pertanyaan, alhamdulilah Teh Ani diberikan kesempatan ke Toba. Danau cantik dengan kehidupan dan budaya yang mengelilinginya.
ReplyDeleteMasyaAllah ya, Teh. Kalau sudah rezeki gak kemana ya..Melihat pemandangannya bikin pengen keluar rumah jalan-jalan dan main lagi nih, Teh..hehe. Seneng banget pastinya bisa melihat dan keliling disana, membaca judul danau toba, aku seringnya lihat-lihat dari tv aja, Teh :D
ReplyDeleteIstimewa banget sih ini bisa melihat ruang ABK sampai ke mesin kapan. Keren, Teh.
Alhamdulillah rejeki tak terduga,tak hanya menikmati danau Toba memang memiliki keindahan pesona yang luar biasa.tapi juga mendapat sebuah pengalaman mengunjungi ruang kemudi pora-pora
ReplyDelete