Sampai kapan ya pandemi ini?
Pertanyaan ini kerap saya baca di beberapa chat
group dan yang ditanya juga bukan pakar kesehatan atau expert yang punya kapasitas untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hati saya ngilu kalau sudah mendapati pertanyaan yang dilontarkan entah kepada
siapa itu? Mungkin yang bertanya tak berharap juga jawaban tepat seperti
ilmuwan. Dia hanya butuh didengarkan dan ada yang menanggapi kekhawatirannya.
Banyak yang merasakan
kekhawatiran dan rasa campur aduk lainnya dari akibat pandemic Covid-19 ini.
Browsing berita melihat hasilnya bukannya bikin tenang malah menambah kecemasan
dan beban pikiran karena angka positif dan meninggal belum juga menunjukkan
perubahan baik. Seperti saat saya menulis artikel ini, per 7 Juni 2020 menuruit
data dari Kemenkes RI angka positif mencapai 31.186. Menanjak terus kan?
Belum pasti sampai kapan dan
masih banyak pula hal penting yang harus dipikirkan solusinya karena dampak
Covid-19 ini benar-benar membuat masalah menjadi kompleks.
Dari pada fokus ke berita yang
bikin hati tak menentu, saya memilih bersikap seimbang saja. Lihat berita tetap
harus dilakukan karena sebagai acuan terhadap aktivitas yang dilakukan dan
keputusan-keputusan lainnya. Namun jangan terlalu dominan. Melakukan kegiatan
lainnya yang menunjukkan jalan solusi
jauh lebih baik dari pada hanya meratapi keadaan.
Covid-19 belum melunak di
Indonesia jadi alasan-alasan klasik buat jaga diri tetap harus dijalankan suka
gak suka atau bosan gak bosan tetap harus bisa melindungi diri walau ribet asal
selamat!
Jaga diri, meliputi jaga kesehatan diri dan keluarga dengan pola
hidup sehat dan bersih serta konsumsi makanan bernutrisi, jaga rumah dengan
meningkatkan intensitas bebersih yang lebih sering dan lebih tepat lagi. Biar
gak capek, biasanya saya pilih spot-spot yang sering dipegang atau dilewati.
Kalau biasanya gak tahan dengan bau karbol, kali ini harus pakai ketika
membersihkan lantai atau menyiram carport di luar.
Mau ribet, Kalau sebelumnya merasa masak itu gak penting karena
anggota keluarga sedikit, kali ini harus menjadi prioritas utama kegiatan
sehari-hari. Tak ada lagi ceritanya sayuran berakar di dalam kulkas atau boros
pengeluaran karena sedikitnya setiap hari harus mengeluarkan Rp200ribu hanya untuk dua porsi makanan per hari.
Yang saya rasakan saat ini, pengeluaran
untuk biaya makan semakin realistis, semakin sehat dan semakin kreatif membuat
menu makanan yang sebelumnya dibayangkan susah ternyata tidak terlalu effort
saat membuatnya. Misalnya saat saya hendak membuat capcay, uang Rp50ribu bisa
saya gunakan untuk membeli bahan pembuat capcay dan bisa untuk 3 hari porsi
sayuran untuk makan berdua Sekar.
Padahal sebelumnya, saya beli satu porsi
capcay untuk makan satu kali dengan Rp50Ribu itu. Belum beli nasi dan lauk
lainnya, belum jajanannya. Ow lumayan kaget juga dengan pengeluaran saya
sebelum pandemi.
Eliminasi Aktivitas, Tentukan Prioritas, Menghadapi New Normal artinya harus jeli dengan
prioritas. Untuk saya pribadi, karena pekerjaan 80% masih dapat dilakukan di
rumah, saya memutuskan untuk di rumah saja dulu jika taka da hal urgent yang
mengharuskan saya ke luar rumah. Untuk kebutuhan membeli makanan dan lain-lain
masih dibantu aplikasi-aplikasi digital.
Yang penting selama di rumah tetap
produktif dan tetap aktif. Selama di rumah saja saya jadi rajin pelihara
tanaman dan beli bibit-bibitnya supaya selama di rumah tetap bisa hirup udara
segar da nada kehidupan lain yang memberi oksigen. Rasanya menyenangkan dan ini
bak harta karun tersembunyi yang berhasil terkuak lagi.
Saat harus beraktivitas di luar rumah, kalau urgent harus ke luar,
tidak masalah asal gunakan masker, pakai jaket, kaca mata, bekal sabun cari di
botol kecil, bawa hand sanitizer, bawa tisu basah, masker cadangan dan bawa
perbekalan sendiri biar gak jajan. Jika selesai acara atau kepentingan, harus
langsung pulang.
Hilangkan kebiasaan nongkrong di kafe dulu atau mampir-mampir
ke tempat lain. Sampai rumah harus cuci tangan dulu di luar lalu langsung ke kamar
mandi rendam baju dan perlengkapan yang dibawa kecuali tas taruh dulu di luar
semprot pakai desinfektan dulu baru bisa masuk.
Sejak pandemi dan tiga bulan di
rumah saja tanpa ke luar gerbang. Saya benar-benar menikmatinya sebab selama
ini capeknya bukan main saat tiap beraktivitas bejubelan di kereta dan naik
turun tangga stasiun yang bikin gempor kaki. Dulu, saya bisa datang ke acara
sampai tiga tempat dalam sehari. Pas di rumah saja saya baru sadar betapa
pecicilannya saya sebelum masa pandemi itu.
Saya anggap sebagai masa
istirahat yang harus dimanfaatkan dengan baik. Selain pola piker yang lebih
realistis, pandemic juga mengajarkan saya untuk tetap disiplin membagi waktu.
Saatnya tidur saya gunakan buat tidur,, tak perlu begadang karena pekerjaan diusahakan
selesai sebelum jam tidur jadi waktu berkualitas benar-benar terjaga. Betapa
senangnya saya berhasil tidak begadang selama ini.
nah iya nih teh, sebelumnya biaya makan kok banyak bener. Lah saya sarapan aja beli, bahkan sekaligus sama nasinya *yaampun masak nasi aja aku malas hehe. Sekarang enggak lagi deh jajan sembarangan juga. Makan seadanya yang aku bisa masak. Tapi saya doakan teh Ani (dan saya) bisa pecicilan lagi wkwk. Semoga segala yang dilakukan dirumah bisa bermanfaat ye teh. Dan saat keluar "gua" bisa semakin semangat dan bertambah ilmu dan keterampilannya, termasuk terampil masak enak tapi cepat :D
ReplyDeleteHarap pandemi ni ckp habis..
ReplyDeleteMahal kali yaaa capcay 50rb hehehe...
ReplyDeleteTapi aku sejak memang sudah jadi kebiasaan kalau ngantor pasti bawa bekal.
Bahkan di kantor patungan kita Teh beli mesin kopi sendiri biar kita gak perlu turun beli kopi mahal itu.
Nah dengan new normal ini memang harus lebih ketat lagi, karena kadang dulu kan suka malas bawa alat makan sendiri, atau bawa botol minumlah. Jadi starter kit kita itu sudah harus otomatis ada terus di dalam tas.
Dan benar, justru enak juga kita istirahat di rumah, jadi ada waktu buat ngelihat2 kebun, apa saja nih yang terbengkalai selama ini. :)