Foto : Pixabay |
“Teh Ani udah sering jadi
pembicara kok masih ikut-ikut kelas menulis?”
“Acara ini narasumbernya kan dulu
yang pernah belajar dari Teh Ani, kok Teh Ani ikutan di sini?”
Dua pertanyaan itu kerap saya dapatkan saat saya mengikuti sesi workshop. Bukannya saya senang atau bangga dengan pertanyaan yang ditujukan seperti itu. Justru saya merasa sedih, bagaimana bisa? Sesama blogger pemahamannya terhadap seorang pembicara hanya sebatas senior dan junior? Juga sebatas siapa guru dan siapa murid?
Padahal, urusan belajar tak ada
sekat atau kasta, cara seseorang menyerap ilmu akan selalu punya ciri khas juga
keunggulan masing-masing. Setiap personal itu unik. Bisa jadi yang pernah
belajar pada saya mampu mengejar sehingga dapat menjajari mentornya, bahkan
melampaui. Karena konsistensi yang dijalankan dan ketekunannya. Dari hasil
ketekunannya itu, bisa jadi mereka mempunyai strategi atau menciptakan ilmu
baru yang dapat bermanfaat untuk orang banyak. Dan hal itu dapat dipelajari oleh
saya.
Seperti Petronas, perusahaan migas Malaysia di tahun 1980-an belajar dari Pertamina, namun kini Petronas malah yang
lebih unggul dan maju. Artinya, tak selamanya guru lebih unggul dari murid
karena setelah murid belajar, pastinya melakukan banyak inovasi, mengasah skill dan melakukan evolusi karyanya.
Inilah saatnya guru kembali belajar kepada murid.
Saat Murid Lebih Unggul
Saya pribadi, ketika mendapati
peserta workshop banyak yang berhasil, saya justru tidak merasa bahwa ini
ancaman dan tidak punya pikiran lahan saya akan terambil. Justru
pikiran-pikiran seperti ini datang dari teman-teman dekat saya yang mengompori, menurut mereka, saya tak perlu memberi ilmu yang dimiliki dibagikan 100% kepada peserta
workshop. Ini tentunya tak sejalan dengan visi saya. Walau saya tetap hargai
perhatian teman-teman saya ini. Tandanya mereka sayang sama saya.
Ketika mendapati peserta workshop
saya lebih unggul, saya malah punya sensasi kebanggan tersendiri.
Berarti ilmu yang sudah saya bagikan bermanfaat secara langsung sehingga mereka
benar-benar mengaplikasikannya dengan baik dan berhasil memperoleh banyak
benefit baik secara moral maupun materi.
Saya ibarat seorang ibu yang
senang melihat anak-anaknya berhasil tanpa ingin diberikan timbal balik. Dan
ini memberikan efek rasa syukur dan bahagia yang tak terkira. Sehingga
alhamdulillah saya selalu diberikan kesehatan jiwa raga dari Allah SWT.
Soal timbal balik, jangan sampai
kita berharap minta. Jangan sampai! Karena apa yang telah kita berikan, in syaa
Allah akan dibalas dengan sesuatu yang lebih tinggi nilainya dari Allah SWT
suatu saat dari arah yang tak disangka-sangka. Sekalipun demikian, jangan
pernah melakukan suatu kebaikan karena ingin dibalas sesuatu, jika ingin berkah.
Caranya adalah, niatkan hanya untuk memohon Ridho Nya.
Manfaat Saat Mengosongkan Gelas Ketika Belajar Sesuatu
Belajar langsung di sebuah
workshop atau belajar melalui tutorial di platform
online gelas yang sudah kita
punyai atau kemampuan-kemampuan yang kita miliki jangan sampai dijadikan
pembanding atau mengkritik terus walau dalam hati karena saat menyerapnya tak
aka nada yang didapat. Bahkan ilmu-ilmu baru yang tak pernah terpikirkan juga
akan terlewat karena kita sibuk sendiri membandingkan bahkan protes dalam hati.
Manfaat saat mengosongkan gelas
ketika belajar sebagai berikut:
- Mendapat insight yang tak pernah terpikirkan.
- Mengetahui strategi lain yang diajarkan atau jadi tahu jalan ke luar sebuah permasalahan yang selama ini belum didapatkan solusinya.
- Dapat melengkapi keilmuan yang dimiliki, misalnya saat saya mengetahui lebih banyak soal strategi personal branding blog, dari hasil workshop dapat ilmu secara teknis. Ini contoh ya.
- Dapat mengevaluasi keilmuan yang dimiliki tentang langkah apa yang perlu di-improve
- Dengan demikian, saya mendapat gelas-gelas baru yang terisi kembali dan membuat keilmuan yang dimiliki bertambah dan makin kaya.
Kalau sudah niat ikut belajar,
artinya kita siap untuk mencernanya dengan baik dan ada kebutuhan atas apa yang
diniatkan saat mendaftar acara tersebut. Jadi, jika tak ada niat untuk belajar
atau sekadar kepo mendingan gak usah
ikutan. Jika dirasa acara tersebut tak dibutuhkan, mending tidak usah mendaftar
sekalian dari pada sepanjang workshop merutuk terus karena tidak sesuai
ekspektasi.
Do’s And Don’ts Saat Belajar
Terkadang ada saja peserta yang
mencari-cari kesalahan pembicara dan mempermalukan pembicara yang sedang
sharing dengan interupsinya. Ini baik untuk meluruskan namun harus lihat-lihat
dulu kapan interupsi itu sebaiknya dilakukan. Tidak menyela saat pembicara
tengah berbicara. Beri kesempata pembicara untuk menyamapaikan pesannya hingga
selesai dulu. Karena apa yang dibicarakan di awal pasti ada benang merah yang
akan disambungkan.
Setelah selesai dan dipersilahkan untuk tanya jawab serta diskusi, baru boleh mengutarakan hal-hal
yang tidak satu suara atau yang dirasa tidak pas tersebut dengan bahasa yang santun dan tidak memojokkan pembicara. Dengan cara ini akan lebih diapresiasi
oleh peserta lainnya. Jika menyampaikannya dengan santun, bukan hal yang
mustahil jika para peserta yang hadir pada saat itu suatu saat mengundangnya untuk
sharing juga.
Lain halnya jika interupsi di
tengah sharing dan belum dipersilahkan, selain mengganggu konsentrasi dan mood pembicara, peserta lain pun
bukannya simpati tapi malah merasa sebal karena terkesan sok pintar walaupun
kenyataannya memang pintar tetapi saat tidak menerapkan etika, kepintarannya
akan turun level.
Jika sesi tanya jawab atau
diskusi sudah dibuka, saat tak ada yang mengajukan pertanyaan, ada baiknya kita
berinisiatif bertanya supaya pembicara merasa dianggap dan ada feedback dari peserta workshop. Jadi
pembicara merasa dihargai karena artinya para peserta menyimak apa yang
disampaikannya.
Siap mengosongkan gelas
ReplyDeletebener banget teh. penting banget mengosongkan gelas saat mulai belajar. selain memberikan rasa lega bagi pembicara karena merasa dihargai, juga membuat pesertanya bisa menyerap ilmu lebih baik. bisa masuk ilmunya. makasih remindernya teh. noted banget.
ReplyDeletePernah ikut workshop dengan pemateri teh ani, seru banget.. sekaligus cerita pengalaman teh ani sebagai seorang blogger. dan semakin tertantang untuk terus eksplorasi bagaimana menjadi seorang blogger seperti teh ani
ReplyDeleteSaya termasuk yang suka ikutan kelas daring atau luring. Rasanya senang sekali bisa belajar dan mendapat pemahaman baru karena ilmu nggak berhenti berkembang.
ReplyDeletePrinsip menimba ilmu yang bagus "Mengosongkan Gelas". Tidak semua pembicara punya gelas yang utuh, dia harus mengesampingkan banyak hal ketika menerima hal yang baru.
ReplyDeleteSetuju pisan teh, dalam setiap bidang ilmu ngga ada senior yunior
ReplyDeletePaling juga ada yang umurnya lebih banyak dibanding yang lain
Hanya itu.
Usia dan ilmu ngga berbanding lurus
Well noted Teteh, banyak belajar ttg mengosongkan gelas salah satu nya dari Teteh. Kita gak perlu malu juga yah teh untuk belajar dari siapapun termasuk dari yg lebih muda dari kita ataupun yang dulu nya pernah menjadi murid sendiri. Thanks Teteh for sharring ;)
ReplyDeleteTeh Ani seperti ibu yang melahirkan bibit unggul. Suka dengan kosongkan gelasnya teh Ani.
ReplyDeleteaku baca ini langsung aku catet point-point yg luput dari diri aku lho teh Ani, nuhun banget udah menuliskan soal adab dalam belajar karena sesungguhnya kita akan terus belajar dalam hidup kita sampai raga kita masih ada ya teh
ReplyDeleteMerasa bangga kalau salah satu anak didik bisa berhasil yaa teh dan siapapun kita, junior maupun senior semua punya hak untuk sharing dan sometime kita pun perlu meng-update pelajaran as a student hehe. Semangat berbagi tetehku :)
ReplyDeleteTerima kasih insight-nya Teh. Adab sebelum ilmu itu penting banget dijalankan termasuk saat belajar tentang blog. Dunia blogging itu dinamis jadi harus catch up terus dengan udpate-update infonya. Salut dengan Teh Ani yang terus belajar dan berbagi. Insya Allah ilmunya makin berkah.
ReplyDeleteSetuju banget. Saat kita mengosongkan gelas, bukan berarti kita menjadi tidak tahu apa-apa. Namun sikap ini akan membuat kita lebih mudah menerima dan menyerap materi yg diberikan. Trima kasih utk sharingnya
ReplyDeleteIya bener banget teh ani kalo belajar ga ada istilahnya senior atau junior, malah kalo bisa saling kasih saran yah kalo ada yang kurang bagus
ReplyDeleteSaya pernah punya pengalaman ngisi materi di mana salah satu pesertanya pernah jadi guru saya, deg2annya minta ampun Teh. Tapi beliau menyemangati saya seperti yang Teh Ani sampaikan, bahwa tidak ada masalah dulu jadi guru sekarang jadi murid dan sebaliknya. Karena sejatinya setiap dari kita adalah guru dan murid di dalam kehidupan ini. Makasih untuk selalu menginspirasi teh.
ReplyDeleteInsya Allah, Teh. Saat belajar mengosongkan gelas. Biar dapat ilmunya. Itu saya praktikan dalam setiap kesempatan enggak cuma di kelas. Saat wawancara buat riset juga misalnya :)
ReplyDelete