Foto: Pixabay |
“Bagaimana perasaan kalian masuk
SMA sekarang?” Tanya Pak Ketut Adnyana saat perkenalan awal di Pelajaran Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) pertama di SMA.
Kami serempak menjawab senang.
“Wah wah suara cowoknya udah pada nge-bass semua ini. Masuk masa puber, kalian harus pandai mengelola perasaan dan emosi ya. Jangan sampai waktunya habis untuk mikirin pacarnya nanti.” Seloroh Pak Ketut sambil tersenyum. Disambut tawa kami bersama.
“Sudah SMA begini kalian sudah
harus punya gambaran mau jadi apa, persiapan apa yang harus dilakukan dan
berpikir kritis dengan apa yang akan kalian dalami.” Kata Pak Ketut lagi.
Rautnya yang khas dengan logat Bali kentalnya terlihat serius mengeluarkan
mantra yang menyelinap kea lam bawah sadar saya saat itu. Saya langsung
tertarik dengan gaya mengajarnya yang selalu disisipkan banyak cerita karena
memang ini adalah pelajaran PMP.
Pak Ketut menuju deretan bangku
anak laki-laki yang sedang ngobrol sama teman sebangkunya. Tidak marah, beliau
saat itu hanya bertanya “ Hari ini kalian diberi bekal berapa sama orang tua?”
Teman saya langsung berganti
posisi yang tadinya condong ke teman sebangkunya sekarang duduk tegap menghadap
Pak Ketut sambil menjawab “Dikasih Seribu Rupiah Pak”
“Nah bekal itu sudah kamu
jajankan berapa?”
“Baru habis empat ratus pak”
“Pulang sekolah biasanya habis
atau bersisa?”
“Kadang habis kadang ada sisa
Pak. Kalaupun sisa saya tabung tapi sewaktu-waktu saya ambil juga Pak.”
“Nah kalau bekal uang atau apapun
yangsetelah terpakai habis, harus dicari dan dicari lagi kan?” Lain cerita
kalau bekal ilmu. Dengan ilmu yang dimiliki, kapanpun dan di mana pun kalian
berada, akan tetap bertahan. Sekalipun dalam situasi sulit.” Kata Pak Ketut
sambil melangkah ke mejanya kembali.
“Saya Orang Bali. Waktu ke
Bandung saya tak punya bekal banyak. Hanya cukup untuk ongkos sekali pergi dan
untuk biaya makan beberapa hari. Saat itu saya numpang di rumah paman yang
hidupnya juga pas pasan. Lalu saya dengan cepat mencari pekerjaan apa saja yang
halal dengan bekal kemampuan saya mengajar dan service elektronik.” Pandangannya
sedikit menerawang. Mebuat saya semakin penasaran.
“Tak perlu lama saya numpang di
rumah paman, beberapa bulan kemudian saya ngekos lalu ngontrak satu rumah
hingga punya rumah sendiri, menikah dan punya anak. Pekerjaan pun menjadi guru
tetap di beberapa sekolah.” Ini karena apa? Karena ilmu yang bapak punya. Coba
kalau saat itu bapak dikasih bekal uang banyak dari orang tua lalu bapak
terlena karena merasa sudah punya bekal dan taka da usaha untuk mencari
pekerjaan dan memanfaatkan ilmu yang dipunya, pasti bapak tidak akan seperti
sekarang ini kondisinya.” Lanjut Pak Ketut bersemangat seraya menyunggingkan
senyumnya.
Mantra Pak Ketut Adnyana Menjadi Jimat Ampuh
Perkataan beliau menguatkan anjuran orangtua saya untuk utamakan pendidikan dan selalu menjadi mantra saat saya kuliah bahkan masuk dunia kerja pun saya masih menerapkan apa yang dikatakan Pak Ketut. Begitu banyak ilmu yang saya dapat juga dari kantor tempat saya bekerja yang tak saya dapatkan di bangku kuliah. Seperti trik berkomuniukasi dengan klien, cara menerima telepon dengan baik, cara negosiasi gaji, negosiasi pembayaran, menyusun strategi pemasaran, handle anak buah, negosiasi proyek dan masih banyak lagi. Semua saya rekam dalam otak saya dan saya yakin ini akan bermanfaat kelak. Walau saya tak lagi bekerja di kantor.
Saya pun ingat ketika lulus
kuliah sempat menganggur beberapa saat. Tepatnya bukan nganggur ya tapi belum
mendapatkan pekerjaan. Tapi saat itu saya manfaatkan untuk mencari hal yang
dapat saya pelajari. Karena saat itu belum tersedia internet, saya rajin ke
perpustakaan daerah. Di sana saya bisa seharian.
Lalu cari kursus Bahasa Inggris
gratisan bersama teman karena saat itu beberpata tempat kursus sering
mengadakan promo dengan trial gratis. Walau hanya untuk satu minggu, saya akan
ambil. Tapi tidak lanjut pas waktunya berbayar karena saya tak mampu. Tapi ilmu
yang saya dapat itu akhirnya saya kembangkan sendiri dengan membaca buku-buku
berbahasa Inggris, pinjam majalah berbahasa Inggris punya teman yang langganan
sampai mempraktikkannya kepada bule-bule yang ada di mall untuk practice ceritanya hahaha.
Para bule itu kebanyakan baik,
malah mengajak untuk belajar lebih banyak lagi dengan mengundang ke rumahnya.
Biasanya saya datang bersama teman. Lalu kami undang juga para bule yang
berjasa itu ke rumah kami untuk dijamu makanan khas Jawa Barat seperti lotek
dan sayur asem beserta lauknya. Mereka sangat senang tentunya.
Ilmu Yang Diaplikasikan Penuh Berkah
Saatnya tiba, saya mendapatkan
pekerjaan sesuai yang diharapkan. Semua ilmu yang saya pungut di saat nganggur
justru lebih banyak digunakan dalam pekerjaan saya secara prakti, dibanding
ilmu yang didapat dari kampus yang terpakai hanya 30%.
Seperti, skill komunikasi saya yang mampu membuat bos saya terkesima. Saya
yang ditempatkan di bagian Akunting, malah berniat ingin dipindahkan ke
marketing. Karena katanya saya full smile
dan nyaman saat berkomunikasi. Tetapi saya tetap ingin ditempatkan di Akunting
karena ingin menerapkan hasil kuliah. Saya pikir, untuk pekerjaan marketing
saya bisa pelajari nanti saja. Sambil bantu-bantu jika diperbantukan pada saat urgent.
Karena saya ringan langkah,
selalu membantu teman yang di bagian marketing akhirnya saya pun dapat ilmu
yang cukup dalam dunia marketing. Walau tak sampai expert setidaknya saya dapat memahami alur pekerjaannya.
Dari ilmu-ilmu yang saya punya
tersebut, dapat membuat saya survive di
mana pun saya berada. Bahkan saya hidup di perantauan jauh dari orang tua dan
saudara namun saya selalu mendapatkan solusi dan tak pernah kesulitan menemukan
solusi dalam situasi separah apapun. Karena saya selalu gigih menawarkan
sesuatu untuk dikerjakan dengan berbekal skill
yang dimiliki untuk sama-sama memperoleh manfaat bersama orang lain.
Bayangkan, hidup di ibukota
dengan segala cobaan dan ketatnya persaingan, saya di sini sendiri dan
membesarkan anak. Namun saya dapat bertahan, dapat berkarya dan karya saya
diterima dengan baik. Ini merupakan anugerah yang patut saya syukuri. Tentu
saja berkah dari Allah SWT atas segala curahan kasih sayang Nya dengan
meminjamkan ilmu yang berkembang menjadi skill
buat saya. Inilah bukti bahwa ilmu adalah bekal yang tak pernah habis.
Saat Belajar Usahakan Serap Ilmunya
Jika kita sedang belajar usahakan
semua diserap benar-benar ilmunya, jangan sampai tugas dikerjakan orang lain
atau jangan sampai menyogok untuk dapat nilai besar. Bahkan untuk masuk sebuah
sekolah dan perguruan tinggi, kadang karena ambisi orang tua, jadi menyogok.
Jika ini terjadi, ilmunya yang didapat tak akan berkah karena tak dapat
menyerap pelajarannya dengan baik.
Jarang guru yang bisa sampai membekas perkataannya seperti Pak Ketut Adnyana ini. Beliau sudah melewati masa penuh ujian dan berbagi dengan cara yang simpatik sampai bisa Mbak Ani ingat terus. Semoga beliau selalu bahagia.
ReplyDeleteStory telling tentang ilmu yg diserap dan langsung diimplemtasikan
ReplyDeleteBaca Pak Ketut ini, aku jadi inget masa SMA ku teh ada Guru yang suka menyampaikan ilmu nya dengan selalu memberikan sebuah contoh. Jadi membuat semua murid nya jadi cepet menangkap dan menyerap ;). Semoga ilmu yang Teteh kasih ke aku juga bisa aku praktikan teh aamiin :)
ReplyDeleteSetuju teh, ilmu adalah harta yang melebihi harta materi sekalipun intan berlian.
ReplyDeleteMasya Allah, banyak sekali ilmu yang diserap Pak Ketut Adnyana dalam kehidupannya. Baca tulisan ini sekalian reminder ke diri sendiri
Gaya bertutur atau menerangkan dengan cerita memang menyenangkan biasanya suka mudah diingat bahkan dalam waktu lama pun masih jg diingat. Itulah kenapa di dalam Al Qur'an juga banyak kisah2 memberikan pelajaran berharga bagi kita. Tulisan yang menarik dan mengingatkan banget nih...Jadi ingat hal ini pula yg sering dipesankan almarhum ayah saya :D
ReplyDeleteBeberapa guru memang sangat berkesan sehingga pesannya diingat selalu, ya. Aku juga bersyukur dapat guru-guru yang mengajarkan nilai hidup, bukan mata pelajaran semata
ReplyDeleteTerima kasih teteh membuat saya semangat untuk membimbing anak anak kasih semangat ke mereka untuk selalu rajin belajar akademik maupun kehidupan sehari-hari
ReplyDelete