Sebagai generasi X akhir, tak jauh dari usia generasi milenial, saya sudah mengenal koperasi sejak sekolah dasar karena di sekolahan ada koperasi untuk membeli peralatan menulis, seragam, makanan hingga buku pelajaran. Saya suka betah kalau sudah berada di koperasi karena melihat banyak hal di sana. Bahkan saya tertarik ketika ada ibu-ibu menitipkan dagangannya di sana. Melihat transaksi seperi itu jadi terekam di kepala saya bahwa koperasi membantu marketing usaha kecil rumahan juga.
Apa yang tersirat sekarang kalau
mendengar kata KOPERASI? Pasti kebanyakan menjawabnya adalah tempat untuk “meminjam uang” karena saat ini
menjamur koperasi simpan pinjam baik yang resmi maupun tidak resmi. Seperti jasa
pinjaman online yang sedang marak di
masyarakat. Malah menimbulkan banyak masalah akibat mudahnya memperoleh
pinjaman berbunga besar tersebut yang tanpa diawasi OJK.
Bukan sedikit masyarakat yang
akhirnya menjadi korban jasa peminjaman uang ilegal tersebut. Membuat citra
koperasi tercoreng dan pemaknaan fungsi koperasi menjadi kabur karena esensi
prinsipnya tidak dijalankan, yakni asas kekeluargaan dan gotong royong. Seperti
tercantum dan dijelaskan dalam Pasal 33 Ayat 1.
Webminar bersama ICCI |
Persoalan ini tercerahkan saat
mengikuti webminar bersama ICCI (Indonesian
Consortium For Cooperatives Innovation) menghadirkan beberapa narasumber
dari Deputi Kementerian Koperasi dan UKM beserta perwakilan organisasi koperasi
di Indonesia. Dengan keynote speech
dari Bapak Teten Masduki, Menteri
Koperasi dan UKM Republik Indonesia.
Teten Masduki (Menteri Koperasi dan UKM) |
Acara yang diadakan pada 13 Agustus 2020 bertema “Masihkah Koperasi Menjadi
Andalan” Sebagai Soko Guru Ekonomi? Membuat
saya flashback ke zaman sekolah yang
sering diajarkan tentang fungsi dan makna koperasi. Sangat menarik karena
koperasi sangat dekat dengan masyarakat. Jika dijalankan sesuai fungsinya maka
akan menjadi soko guru ekonomi Indonesia. Yang mendorong pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Karena koperasi menjadi pusat berputarnya perekonomian rakyat
secara langsung.
Koperasi saat ini belum berfungsi
utuh sesuai prinsipnya, seperti disampaikan Bapak Teten Masduki bahwa untuk
mengejar ketinggalan dalam membentuk pola koperasi yang sesuai. Oleh karena itu
banyak hal mengarah kepada edukasi lebih banyak lagi kepada masyarakat umumnya
dan kepada para pelaku UKM dan pegiat e-commerce khususnya. Diamini oleh Bapak Rully Nuryanto (Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi) yang menyatakan bahwa saat ini, pemerintah tengah
menggalakkan edukasi terkait koperasi kepada masyarakat khususnya generasi
milenial dan generasi z yang akan mendominasi kegiatan ekonomi dengan
produktivitasnya yang tinggi.
Kekuatan era digital akan
memperkuat eksistensi koperasi dengan memberikan kualitas pelayanan yang lebih
cepat, aman dan nyaman serta menumbuhkan kepercayaan tinggi bagi penggunanya.
Sejalan dengan yang dikatakan
Firdaus Putra (Executive Committee ICCI) bahwa daya jangkau masyarakat sangat
dekat dengan koperasi, mengingat koperasi dapat menjangkau kalangan menengah ke
bawah tanpa ada birokrasi yang menyulitkan. Terutama untuk para pegiat UMKM
yang merasa dimudahkan untuk menambah modal usahanya serta membantu proses
pemasaran yang lebih luas.
Melihat animo masyarakat yang
masih tinggi terhadap koperasi, Firdaus juga berpendapat bahwa platform digital
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menjangkau masyarakat lebih luas
lagi serta memudahkan metode transaksi yang lebih efisien.
Contoh implementasi transformasi
digital layanan koperasi ini sudah dijalankan oleh dua koperasi besar yang
turut hadir di webminar ini. Yaitu
Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Mitra Sejati dan Koperasi Mitra Dhuafa (KOMIDA).
Koperasi Simpan Pinjam Sahabat
Mitra Sejati
Menarik sekali mencermati penjelasan Bapak Ceppy Y Mulyana (Ketua KSP
Sahabat Mitra Sejati). Selain eksistensinya yang sudah
diakui, peranan dan konribusinya untuk masyarakat juga sudah teruji dengan baik
portfolionya. Bahkan banyak kisah sukses yang dibagikan dari keberlangsungan
UKM di seluruh Indonesia yang sudah menjangkau hingga pelosok desa.
Untuk Koperasi Simpan Pinjam
Sahabat Mitra Sejati mayoritas beranggotakan pelaku UMKM sesuai visinya menjadi
institusi keuanganpilihan masyarakat yang berfokus pada usaha mikro, kecil dan
menengah dengan menjalankan misinya dengan memberdayakan anggota dengan
mendukung usaha di sektor kecil dan menengah.
Layanan yang ada di KSP Sahabat
Mitra Sejati sudah merambah ke digital terutama untuk layanan simpanan dalam
program simpanan online Sobatku. Sangat sesuai dengan gaya hidup masyarakat
yang sekarang banyak beraktivitas di platform digital. Jadi, untuk memperoleh
layanannya bisa dari mana saja dan kapan saja. Sesuai dengan era kolaborasi,
KSP Sahabat Mitra Sejati juga mengusung kolaborasi bersama beberapa merchant
seperti kantor pos dan Alfa Midi sebagai loket dan kantor cabangnya. Bahkan
terbuka juga melakukan kolaborasi bersama koperasi lain dan perbankan.
Menumbuhkan kepercayaan para
anggotanga, KSP Sahabat Mitra Sejati pun ada dalam pengawasan OJK dan regulator
lainnya.
Koperasi Mitra Dhuafa
(KOMIDA)
Sedangkan Komida, mempunyai segmen mayoritas beranggotakan
perempuan alasannya menurut Bapak Sugeng
Priyono, Direktur Operasional Komida, perempuan
adalah manajer rumah tangga yang totalitas, manajer keuangan terbaik di rumah
tangga dan segala keputusan bermuara pada ibu jika dalam rumah tangga.
Tak hanya itu, perempuanpun lebih tekun dan kreatif dalam
menciptakan banyak jenis pekerjaan. Oleh karena itu, perlu didukung untuk
mengembangkan usahanya walau dalam skala kecil karena dari banyaknya usaha
kecil ini, akan membuat perputaran ekonomi semakin tumbuh dan berpengaruh pada
kemajuan ekonomi skala besar.
Komida yang awalnya berdiri pada 2004 masih berbentuk yayasan
dan menjadi koperasi pada 2009 dengan nama Koperasi Mitra Dhuafa.Hingga Juli
2020 sudah beranggotakan 732.856 mencakup 146 kabupaten dan 13 provinsi.
Visi dan misi Komida fokus pada pemberdayaan perempuan.
Meliputi ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Ini poin menariknya! Sebab seiring
dengan apa yang dicanangkan oleh Menteri Koperasi dan UKM Indonesia, Bapak
Teten Masduki, bahwa koperasi tak hanya berfungsi sebagai sarana simpan pinjam
atau fokus pada ekonomi saja namun lebih luas dari itu, mencakup pemenuhan
pendidikan dan kesehatan penting menjadi perhatian utama. Komida juga mempunyai
prinsip, jika perempuan atau ibu rumah tangga sejahtera maka pendidikan dan
kesehatan keluarga pun akan baik juga.
No comments