Saat pikiran memerlukan penyegaran atau sekadar ingin mengesampingkan penat, selain nonton film favorit, biasanya saya juga melahap lembaran demi lembaran fiksi yang dikemas unik dengan cerita yang tidak klise. Makanya, tak banyak novel yang ngendon di rak buku saya selain novel dari beberapa karya penulis yang saya sukai saja. Satu di antaranya adalah novel-novel karya Dini Fitria. Yang mulai saya kenal sejak 2017 dengan Trilogi Cintanya yang membawa saya seolah ikut melancong ke Amerika, Eropa juga India. Saat membacanya, saya tak pernah lama menunda. Selalu ingin lanjut membaca karena isinya selain menuai penasaran, juga memainkan imajinasi yang benar-benar hidup.
Setiap kalimat dan diksinya yang kaya, selalu mampu membuat
saya membayangkan semua tokoh yang ada di dalamnya. Membayangkan semua
perawakan dan karakter sera ekspresinya secara nyata. Padahal hanya diketahui dari tulisan
saja.
Kekasih Semusim
Tahun ini, yang dinanti kembali hadir. “Kekasih Semusim”
dengan isi yang berbobot seperti biasa, matang dan hidup. Seperti novel-novel
sebelumnya. Cerita tak sekadar membahas kisah percintaan klise atau menye-menye
namun sarat makna dan wawasan. Tak heran dengan bobotnya yang tak dianggap
enteng ini. Mengingat novel ini hasil survei yang terencana, detail dan sangat
bermodal penuh totalitas.
Mengambil latar Eropa Timur, khususnya Praha dan beberapa
wilayah yang cukup populer seperti Cesky Krumlov, Karlovy Vary, Salzburg dan
lain-lain membuat pembacanya mempunyai pengalaman istimewa. Ikut merasakan
atmosfer negeri mozart yang kaya sejarah dan seni ini.
Kekasih Semusim bercerita tentang ibu bernama Nina
dan Kanaya anak gadisnya yang sering tidak sejalan, walau hubungannya baik
namun banyak pertentangan, beda sudut pandang ketika menyikapi sesuatu. Apalagi
saat anaknya diketahui ingin menjalin hubungan spesial dengan laki-laki
pilihannya. Nina sebagai ibu cenderung protektif. Hal ini ada indikasi kisah
masa lalu yang suram menyangkut soal pasangan.
Sampai hadirnya Reno, laki-laki seusia ibunya yang mampu
mencuri hati Kanaya. Secara kebetulan, Nina ada tugas wawancara dengan
seseorang yang akan menjadi nara sumber tulisannya, yaitu Eyang Yono, warga Negara Indonesia
asli yang dilucuti kewarganegaraannya di masa pembentukan orde baru. Kanaya
turut serta ke Praha. Namun Kanaya tak sekadar ikut sang ibu. Ada seseorang
yang ingin Ia temui juga, yaitu Reno yang sedang bertugas lama di sana.
Tanpa sepengetahuan Nina, Kanaya semakin menjalin kedekatan
dengan laki-laki idamannya, kucing-kucingan selama di Praha dan kebohongan demi
kebohongan diciptakan supaya pertemuan demi pertemuannya berjalan lancar.
Sementara Nina sibuk dengan urusannya mewawancarai Eyang Yono
serta menggali segala informasi yang siap diolahnya.
Apakah sikap Nina termasuk melindungi Kanaya sebagai anak
gadis satu-satunya? Atau hanya sebagai pelampiasan kisah masa lalunya? Dan
siapakah reno sebenarnya? Bagaimana akhirnya kisah dua sejoli Kanaya dan Reno
yang selalu dimabuk asmara setiap saat yang tak mungkin terpisahkan?
Selebihnya, bisa dibaca langsung di novelnya ya. Bisa dibeli
di toko buku terdekat atau bisa memesan langsung ke penulisnya via DM Instagram
@Diary.Dinifitria
Bonus Three In One di “Kekasih
Semusim”
Banyak banget bonus dari membaca Kekasih Semusim ini. Di
antaranya nomor satu tentu saja hiburan
yang sarat makna dari kisah Nina, Kanaya, Reno dan Eyang Yono serta kedua
sahabatnya Cindy dan Abi. Hubungan yang memberikan pesan moral, antara hubungan
ibu dan anak, dengan sahabat, dengan kolega dan dengan orang istimewa. Semua
ada takarannya yang memerlukan pendekatan hati.
Hubungan yang tak selalu apik namun selalu menggelitik untuk
disikapi dengan bijak. Keterbukaan dan komunikasi adalah kunci dari pesan moral di novel ini. Termasuk ketika Kanaya yang berprofesi sebagai vlogger dan influencer, tetap
bersikap professional mengerjakan kewajibannya walaupun tengah didera masalah
yang tidak mudah. Mulai dari masalah penundaan ujian sidang hingga hubungan yang kurang
selaras dengan ibunya.
Sikap Cindy dan Abi yang tak bermuka dua dan apa adanya,
selalu mampu menjadi sahabat terbaik Kanaya. Tanpa segan menegur jika Kanaya
salah dan selalu ada saat diperlukan.
Bonus kedua adalah jalan-jalan!
Iyes, poin ini sangat memberikan suasana hidup walau hanya dalam imajinasi,
semua yang dituliskan Dini Fitria begitu detail ditunjukkan, sehingga seluruh
panca indera saya bermain. Mulai mata dan pikiran yang membayangkan Salzburg
yang klasik, ikut menikmati suasana Kavarna Slavia, kafe langganan Eyang Yono
sambil ikut berbincang bersama Nina dan Eyang Yono sambil menyesap espresso.
Atau ikut melihat patung perunggu karya David Cerny di kawasan State Mesto.
Bagi yang mendambakan menghirup udara dingin di Cesky
Krumlov juga bisa ikut merasakan gemeretak gigi dan kebalnya kulit walau sudah
dilapisi coat tebal. Halu memang. Tapi imajinasi benar-benar
hidup dan memberikan sensasi seperti sedang traveling betulan.
Semua ini karena dikemas dengan storytelling yang kaya diksi dan ekspresi dari penulisnya.
Dan bonus ketiga adalah mendapat wawasan sejarah, saya jadi tahu betul bagaimana kejadian yang
menimpa Eyang Yono dan kawan-kawannya di masa orde lama yang berjuang demi
kemerdekaan bangsa melalui aspirasinya sebagai mahasiswa namun malah diasingkan
ke Praha hingga digantung statusnya tanpa ada proses peradilan.
Eyang Yono baru bisa pulang ke Indonesia pada saat pemerintahan Gusdur.
Namun Eyang Yono masih kuat nasionalismenya dan darahnya masih sangat Indonesia
walaupun hidup dan punya istri di Praha hingga sekarang. Bahkan, demi cintanya
pada Indonesia, Eyang Yono punya permintaan khusus pada keluarganya, jika meninggal
ingin dikremasi dan abunya dibawa ke Indonesia.
Selain wawasan sejarah dari Eyang Yono, dari novel ini juga saya mendapatkan banyak wawasan kisah maestro music Mozart yang kelahiran karyanya
justru dari ayahnya yang ambisius yaitu Leopold. Dan masih banyak lagi. Semua
ini dikemas dengan dialog, drama dan monolog. Sungguh mengagumkan cara penulis meramu sejarah menjadi sesuatu yang renyah dicerna pembaca seperti saya bahkan
oleh pembaca lain.
Harapan Besar Atas Karya
Dini Fitria
Tak berlebihan ketika saya spontan nyeletuk ingin ada satu
novel Dini Fitria yang di-film-kan. Satu saja! Please! Karena konten yang sarat
makna dan wawasan begini sangat jarang. Bahkan karya besar ini luar biasanya
lahir dari seorang perempuan yang masih terbilang muda namun matang dalam
menuangkan karya terbaiknya.
Ini adalah legacy yang wajib diabadikan dalam berbagai
platform. Warna literasi yang tak biasa yang dihasilkan dari berbagai survei,
observasi, turun langsung ke lapangan dengan curahan effort secara moril, materil dan tenaga.
Teruntuk Mba Dini, karya-karyanya selalu saya nantikan.
Karena dari semua karya yang Mba Dini buat, selalu memberikan insight yang
memotivasi saya untuk membuat karya yang sama berkualitasnya dengan karya Mba
Dini. Walau dengan ranah dan genre platform tulisan yang berbeda.
Tetap semangat dan jangan pernah berhenti menginspirasi walau
hambatan itu selalu ada. Termasuk dari orang-orang terdekat yang mungkin iri
atau malas mendukung karena pertimbangan lain. Fokus pada karya dan ingatlah
pengagummu di luaran sana termasuk saya selalu menantikan karya-karya Mba Dini.
Foto: Instagram Dini Fitria |
Buat Teman-teman yang akan membeli Kekasih Semusim, selain dapat bonus wawasan dan jalan-jalan, juga bisa sambil beramal karena royalti dari penjualan buku ini disumbangkan oleh Mba Dini ke ACT (Aksi Cepat Tanggap) jadi, tunggu apa lagi? Yuk order via DM Instagram @Diary.Dinifitria
Buku fiksi yang komplet banget isinya. Dari traveling, relationship, parenting dan history ada semuanya... Membacanya nggak bosan.. malah nggak mau mandheg. Pengen banget sih ini difilmkan, pasti keren :)
ReplyDeleteTeh Anii...doain yaa aku jg dr 2 tahun lalu lg ngedraft fiksi berlatar belakang training aku sebulan di Swedia bbrp tahun lalu. mandeg dan stuck, trus membaca novel mba Dini dan menonton Youtube-nya seperti ngingetin aku buat buka2 file lama dan mulai melanjutkan lagi
ReplyDelete