Pic by: Pixabay |
Jika kita masih punya inner child, saat ada pemicu, bisa
ngamuk lagi inner child kita kalau
sampai ada pemicunya. Saya mau ngobrolin apa ini? Simak dulu yuk sampai habis. Jangan
lupa kopi atau the ya.
Pernah gak? Saat kita melihat kehidupan orang lain yang menurut kita lebih baik lalu menimbulkan insecure? Merasa diri nobody lalu mengucapkan selamat dan bilang turut bahagia namun hati kecil merasakan ada yang menganjal karena terluka dan merasa tidak seberuntung mereka yang berhasil dan terlihat sempurna? Kalau saya jujur pernah. Kondisi ini kalau dibiarkan bisa memicu kadar sifat kompetitif yang tidak terkontrol dan berdampak buruk pada kondisi mental.
Kadang ada kalanya kita juga
semudah itu menebar pujian pada orang lain dengan latah dan sebenarnya orang
lain tersebut tak terlalu layak juga untuk dipuji. Hal begini juga saya pernah
banget. Dan sering. Tujuannya selain gak enakan karena ingin bikin senang orang
lain.
Sikap-sikap tersebut membuat kita
jadi lupa dengan apa yang kita miliki dan apa yang telah diraih. Bahkan apa
yang kita miliki dan raih itu bisa jadi lebih baik dari pada apa yang dilihat
dari orang lain.
Menurut Psikolog Analisa
Widyaningrum, dua kondisi di atas dapat memicu kekacauan pikiran. Ditambah
kondisi yang berbuntut menyalahkan diri sendiri tentu memicu tekanan mental
yang lebih tinggi. Tak mau berlarut-larut, saya langsung mencari solusi dari
kebiasaan yang saya miliki saat insecure atau saat tidak jujur mengapresiasi
orang lain. Karena dengan mencari solusi atas masalah mental dan perilaku tidak
baik yang ada dalam diri kita, saya yakini itu adalah bagian dari self love.
Berikut langkah yang saya lakukan
untuk mengatasi insecure dan segala
hal yang kurang nyaman dengan diri sendiri saat melihat sesuatu di luar yang
kita anggap lebih baik padahal belum tentu seperti yang saya pikirkan. Jika
kita menyayangi diri sendiri bukan berarti kita selalu membenarkan segala yang
diutarakan. Maka dari itu, perlu terapi diri dengan tips berikut yang saya
jalani selama ini.
Mengenal diri sendiri
Diibaratkan kita akan
menyembuhkan suatu penyakit, maka diperlukan diagnose dokter untuk mengetahui
apa saja yang membuat penyakit tersebut timbul. Begitu pula saat akan melakukan
perbaikan pada diri sendiri, kita harus memeriksa apa saja yang menjadi
gangguan pada diri. Terutama masalah dari dalam diri atau internal.
Hal-hal yang perlu dicek
mencakup:
Inner child, masa lalu yang kadang menyimpan duka, kekesalan,
kebencian dan sikap pesimis terhadap orang lain atau sesuatu, akan selalu
berpengaruh terhadap kondisi di masa sekarang. Sehingga saat ada kejadian yang
sifatnya sama, walau berbeda masalah, semua yang ada di inner child itu akan timbul kembali jika ada pemicunya. Maka dari
itu, harus dan wajib dituntaskan.
Mengenal karakter dengan bantuan teman yang objektif dan berani
mengkritik, Ingin mengetahui karakter dan sifat diri kita sendiri? Cara
paling baik adalah melakukan survei kepada teman-teman yang mengenal diri kita
lalu minta sebutkan dengan jujur tentang sikap yang kita miliki baik buruknya.
Jika ingin lebih afdol lagi, bisa mengikuti rangkaian tes kepribradian secara online. Kalau sudah dibantu teman buat
diulas karakternya, jangan sekali-kali baper
agar teman kita jujur mengatakan yang sebenarnya.
Harapan lama yang belum terwujud, Harapan lama yang belum terwujud
jangan sampai dilampiaskan atau dibebankan pada orang lain. Misalnya kepada
anak, adik atau keponakan. Misalnya, dulu ingin menjadi dokter namun tidak
kesampaian karena kendala biaya. Ini jangan dibebankan pada anak untuk
bercita-cita menjadi dokter juga. Karena mereka sudah mempunyai cita-cita
sendiri. Hargai privacy anak juga harapan-harapannya dengan tidak memaksakan
untuk menjalankan yang menjadi harapan kita.
Tips-nya adalah berpikir
realistis dan terima kapasitas diri sesuai yang ada. Langsung berpikir positif
terhadap apa yang dimiliki selama ini lalu syukuri.
Ubah sudut pandang dengan
memandang bahwa tanpa menjadi dokter pun saya sudah menjadi akunting, sama-sama
profesi penting dan banyak diinginkan orang lain juga. List semua pencapaian
tersebut agar dapat mengobati perasaan dan dapat mengganti harapan yang tak
terpenuhi tersebut dengan sesuatu yang sama nilainya.
Amarah yang masih tersimpan, cari dan list orang-orang yang perlu
dimintai maaf. Jika orangnya sudah tiada, bisa mendoakannya atau bersilaturahim
pada keluarganya. Ketika mengutarakan permintaan maaf, harus dari hati kecil.
Permintaan maaf tak harus selalu dengan kata-kata. Namun bisa juga dengan
perbuatan. Seperti menolong suatu urusannya, membantu dirinya atau keluarganya
yang membutuhkan atau memberikan jalan solusi terhadap masalah yang
dihadapinya. Intinya, punya masalah sekecil apapun harus dituntaskan.
Harapan di masa sekarang dan masa yang akan datang, Saat mempunyai
harapan, urutkan apa saja rencana jangka pendek dan panjang lalu lakukan list to do dan jalankan progressnya
melalui tahapan-tahapan proses.
Evaluasi dan Menata Diri
Setelah mengenal diri sendiri,
lanjutkan dengan mengevaluasi apa saja yang perlu diperbaiki, ditambahkan atau
dipangkas. Yang paling utama, lihat dulu kekurangan diri. Lalu cari strategi
untuk belajar yang natural dipraktikkan dalam perbuatan lalu konsistenkan.
Mulai menata diri dengan
mengerjakan sesuatu yang prioritas, kedepankan tanggung jawab dan pilih circle pertemanan yang nyaman dan
membawa kebaikan. Karena pertemanan yang aura nya negatif dan toksik, jika
dipertahankan akan berpengaruh pada kondisi mental dan mengurangi
produktivitas.
Tingkatkan Value
Jika selama ini merasa kurang
dalam memiliki value diri dan aktualisasi, pastinya akan berdampak pada
kepercayaan diri. Oleh karena itu, tingkatkan pengetahuan, ilmu, skills, networking dan lain sebagainya.
Sebagai bekal untuk bertahan dan dihargai dalam hidup.
Meningkatkan value ini bisa
dengan cara mengikuti berbagai workshop, seminar, kursus, kuliah lagi atau
menjadi praktisi suatu bidang. Tingkatkan jam terbang dan gunakan waktu
seefektif mungkin untuk meningkatkan kapasitas tersebut agar memiliki nilai
kepercayaan yang tinggi dari orang lain.
Pengalaman saya, saat melakukan ini,
sangat semangat belajar dari berbagai sumber, seperti memungut remah-remah kue
yang dikumpulkan akhirnya menjadi biscuit uuh kembali. Hasilnya, tanpa diduga,
saya mendapatkan banyak tawaran kerja sama dan berbagai undangan menjadi
pembicara. Kuncinya adalah belajar tanpa henti lalu tetap merasa belum expert agar selalu terpacu untuk belajar
dan belajar lagi.
Perbanyak Empati dan Jujur ketika mengapresiasi orang lain
Setelah melalui tahapan-tahapan
di atas, artinya kita sudah mulai memantapkan kapasitas diri dan sudah mengenal
diri sendiri dengan baik. Kondisi sudah nyaman, karena segala hal
ketidaknyamanan yang mengangkut di hati dan pikiran sudah diselesaikan dan
sudah plong. Bahkan kapasitas diri pun sudah ditingkatkan. Sehingga saat
melakukan sesuatu, tidak akan ada perasaan ingin dipuji, ingin diakui dan ingin
diperhatikan. Karena sudah cukup dengan kapasitas diri yang berkualitas. Dengan
otomatis akan mendatangkan penilaian dari orang lain secara alami dan objektif
karena ada bukti karya maupun attitude.
Begitu pula saat memuji atau
mengapresiasi orang lain, akan terasa enteng dan jujur terhadap siapa yang
memang layak diberikan pujian. Jadi, kita memuji seseorang murni karena
mengapresiasi. Bukan karena ingin dianggap baik, dianggap teman atau lain-lainnya.
Apresiasi Diri Sendiri
Taka da salahnya kita
mengapresiasi diri sendiri dalam progress sekecil apapun karena dengan
mengapresiasi diri sendiri, kita pun akan lebih menghargai diri sendiri. Dengan
menghargai diri sendiri, orang lain pun akan ikut menghargai. Maka dari itu,
jangan sampai mengizinkan orang lain merendahkan kita dari sebab perlakuan kita
sendiri yang menganggap diri tidak baik.
Dengan mengapresiasi diri sendiri
juga kita akan mudah memaafkan diri dan tidak selalu menyesali kesalahan-kesalahan
yang pernah terjadi. Dengan mengapresiasi diri sendiri, otomatis semangat pun
akan selalu bangkit.
Mengapresiasi diri sendiri
meliputi hal ini:
- Tidak membiarkan diri berbuat hal yang melanggar norma
- Memberi rewards saat weekend dengan melakukan hal-hal yang disenangi
- Buat list pencapaian-pencapaian
- Asah kemampuan dan kedepankan rasa tanggung jawab
- Pandai menitipkan diri
Dengan lima poin tersebut, in
syaa Allah kita terjaga dari gangguan atau mendapatkan perlakuan kurang baik
dari luar. Dan dengan lima poin ini, kita tidak akan khawatir dengan hal-hal
yang memicu rasa insecure.
Ini adalah Self Love versi saya Semoga kita dapat menyayangi diri sendiri dan
berbuat banyak untuk orang lain dalam kemampuan dan kapasitas yang kita miliki.
Mantap banget nih materinya, pas banget buat yang suka insecure. Love yourself patut dipraktikkan memang agar kita bisa mensyukuri apa yang diberikan Tuhan.
ReplyDeleteKeren banget materinya, sedikit sadar nih tentang pentingnya self love.
ReplyDeleteMenginspirasi banget, buat yang masih sering insecure patut terapkan ini saya juga, xixi.
ReplyDeleteNgena banget buat yang masih suka insecure, let's love yourself. Penting banget mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan dan menerima diri apa adanya.
ReplyDeleteHalo Teh Ani, kadang saya juga suka merasa begitu.. kadang suka ngerasa flashback dan terbayang-bayang dengan berbagai memori masa lalu.. kadang suka gak ngerasa, hei usiaku sudah 35an.. punya istri dan anak 4.. ko masih segini aja ya..apa yang salah?? suka ketrigger kalau liat pencapaian orang lain..tapi suka mengeluh juga dengan prosesnya hehe ah harus banyak2 memotivasi diri nih, salam sukses teh ani.. dah lama gak blogwalking wkwkw
ReplyDelete