Aksara pada situs Batu Tulis Bogor. Dokumentasi : Pribadi |
Rasa haru dan kerinduan kembali ke masa kecil saat ada di pelukan orang tua dan dikelilingi keluarga besar muncul saat mendengar sebuah lirik lagu “Bubuy Bulan, Bubuy bulan sangrai bentang, panon poe panon poe disasate” dari judul lagu berbahasa Sunda “Bubuy Bulan” yang setiap saya mau tidur selalu dinyanyikan lagu ini.
Kebiasaan saya mendengarkan lagu
tersebut senantiasa ingin selalu mendengarnya hingga saat ini. Bahkan mencari
lagu-lagu Bahasa Sunda lainnya agar rasa rindu terhadap masa kecil dan
kebanggaan terhadap budaya yang saya miliki tetap melekat.
Menyimak talkshow Bincang Mimdan #3 dengan topik “Belajar Budaya Lewat Musik” melalui instagram live @Merajut_Indonesia Pandi lewat Program Merajut Indonesia MelaluiDigitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) pada 27 Januari 2022, saya langsung antusias karena bahasan ini sangat menarik untuk didalami. Apalagi narasumbernya Joko Elisanto, Musikus sekaligus pencipta lagu “Merajut Nusantara” dan dipandu oleh penulis Evi Sri Rezeki. Bahasan menjadi sangat berbobot karena narasumber dan host-nya sama-sama seniman dari bidangnya masing-masing.
Saat Evi Sri Rezeki membacakan
riwayat hidup Narasumber, belum apa-apa saya sudah sangat respect karena Joko sangat peduli pada kemampuan literasi
masyarakat bahkan Ia berjuang melestarikannya pada target yang tepat. Salah
satunya edukasi terhadap para remaja melalui program “Pengerak literasi untuk
remaja” dan mendorong aksara-aksara Jawa pada kemasan produk sebagai penambah
nilai lebih. Harapan saya terhadap pelestarian budaya tercerahkan. Ternyata,
masih ada yang kepeduliannya terhadap kelestarian budaya ini dengan
totalitasnya.
Menurut Joko, budaya adalah hasil
olah pikir dan rasa yang dibagikan pada satu kelompok tertentu yang
menghasilkan sebuah perilaku dan diturunkan dari generasi ke generasi. Sifat
dari budaya ini berkembang dengan proses pembentukan karakter dan minat output-nya kenyamanan yang berimbas pada
segala perilaku dan keseharian manusia. Ditentukan dari geografis, gender dan
berbagai kesukaan terhadap hal tertentu yang diminati oleh sekelompok orang.
Joko menyatakan bahwa sebuah adaptasi yang menghasilkan kenyamanan menimbulkan budaya yang berimbas pada interaksi manusia. Seniman kelahiran Solo ini juga membahas soal “Bahasa Ibu” yang artinya sebuah bahasa yang diturunkan dari orang tua dan keluarga sejak kecil yang menimbulkan daya ingat berkesan. Dari bahasa ibu ini, membuat bahasa yang diungkapkan mudah diadaptasi dan diserap oleh anak-anak. Masa kecil yang mudah merekam memori dari apa yang didengarnya sudah pasti mampu membentuk karakter anak.
Peran bahasa ibu ini berhubungan
dengan pengalaman yang saya ceritakan pada paragraf pertama. Itu adalah salah
satu memori yang mudah melekat, penyampaian budaya melalui bahasa ibu. Bahasa
kasih sayang dan santun. Joko mengenal bahasa-bahasa lain justru dari lagu.
Seperti lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia. Dari setiap bahasa daerah
tersebut, Joko mengenal tata krama dan cara komunikasi dari setiap daerah yang
dapat diambil manfaatnya.
Musikus yang tergabung dalam Band Genk Kobra ini memilih jalur musik sebagai
media penyampaian budaya karena melaui audio maka belajar sesuatu dan
memengaruhi orang lain bisa dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan konsentrasi
lebih. Dengan audio, siapapun dapat mendengarkan dengan fokus dan mengembangkan
imajinasinya. Bisa dilakukan sambil mengerjakan hal lain tanpa harus melihat
visualnya.
Setiap individu dapat menyalurkan
perasaan sedih, senang dan lain-lain melalui pembuatan lagu atau sekadar
mendengarkan lagu orang lain. Dalam hal ini, saya sangat setuju. Karena saat on fire saya selalu mendengarkan lagu rock, ketika saya sedih saya
mendengarkan lagu pop atau ketika sedang banyak memerlukan inspirasi, saya
mendengarkan lagu jazz atau klasik.
Kesantunan terhadap budaya lokal
ada baiknya melalui bahasa dan aksara. Bahasa Indonesia adalah bahasa
persatuan, berhubungan dengan rasa nasionalisme. Bahasa persatuan ini akan kuat
jika bahasa-bahasa daerah juga diperkuat. Maka, pelajaran bahasa daerah jangan
sampai dilewatkan. Pelajaran-pelajaran bahasa daerah berikut aksaranya harus
dipelajari dengan baik agar dapat didalami dan diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Tentu saja untuk bertujuan memperoleh persatuan dan kesatuan
bangsa.
Aksara merupakan representasi
dari bunyi, menjadi penting karena membuat kita tahu simbol-simbol etika,
kesantunan dan akal budi seorang manusia. Menurut UNESCO, aksara mencerminkan
perilaku dan membentuk karakter bangsa.
Bagi yang tergerak untuk ikut
melestarikan budaya bangsa, yuk kita bergerak dari cara yang termudah yaitu
melalui musik. Jika kita tidak bisa memainkan alat musik, bisa berkolaborasi
dengan musisi yang kita kenal baik, lalu berkolaborasi dengan membuat syair
atau liriknya. Seperti kata Joko, untuk menyampaikan budaya melalui musik saat
ini lebih mudah karena sekarang siapapun dapat berkreasi melalui berbagai
platform sosial media tanpa harus melalui audisi.
Tak perlu malu atau takut tidak
bagus dalam menuangkan karyanya selama kontennya baik, bermanfaat dan layak
untuk dibagikan. Ke depannya akan menemukan peminatnya. Saat merasa tidak
hebat, justru harus terus dicoba agar lebih baik lagi. Ajak kolaborasi
orang-orang yang punya visi sama agar dapat bergandeng tangan dalam mewujudkan
karya berbasis kearifan lokal.
Lagu dengan melibatkan budaya
daerah tak harus dibuat dengan versi asli seperti gamelan atau musik aslinya
namun bisa dikolaborasikan dengan music modern yang banyak diminati anak muda
sehingga adaptasi ini mudah dicerna siapapun.
Dari talkshow ini, saya merasa banyak masukan inspirasi tentang budaya
lokal termasuk tergerak untuk mendalami aksara bahasa ibu saya. Agar memperkaya
literasi dari berbagai sisi. Dalam penutup obrolan ini, Joko berpesan bahwa
dalam mempelajari budaya dan membuat karya berbasis budaya, kesantunan dalam
menuangkannya wajib dikedepankan.
Semoga talkshow semacam ini ada keberlanjutannya dan diikuti oleh
pihak-pihak lain agar dapat menggali kreativitas anak muda dalam melestarikan
budaya bangsa dengan caranya masing-masing. Terima kasih kepada PANDI
(Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) yang telah mendukung upaya pelestarian
Budaya Indonesia melalui “Merajut Indonesia”
Wah keren seminarnya, kalau begini jadi ingat pelajaran tentang sastra yang selalu mengulas bahasa Sunda. Jadi ingin mengulik tentang aksara lokal dan mempelajarinya, memang ini cara untuk belajar budaya kita sendiri, ya.
ReplyDelete