Heboh pro dan kontra tentang tidak diwajibkan skripsi sebagai tugas akhir. Buat saya pribadi, selagi skripsi tidak dihapuskan 100% namun bisa menjadi pilihan buat mahasiswanya ini merupakan terobosan lebih maju buat dunia pendidikan . Hal ini sejalan dengan kebijakan Pak Nadiem ya? Jadi, sebelum berkomentar bla bla bla di medsos, sebaiknya ditelaah dulu tujuan diterapkannya kebijakan ini.
Saat ini, Menteri Pendidikan dan kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengumumkan untuk tugas akhir pada perguruan tinggi di seluruh Indonesia memperbolehkan pilihan untuk membuat project, prototype dan sejenisnya. Namun keputusan mutlak tetap ada pada perguruan tinggi masing-masing.
Dari berita tersebut membuat saya langsung setuju banget dengan adanya pilihan ini. Sesuai dengan prinsip “merdeka belajar” hal ini memberikan kesempatan buat yang memiliki kadar soft skill lebih banyak untuk mengekspresikan kemampuannya dalam membuat karya yang sesuai dengan passion dan menjadi ajang eksekusi ide-idenya dengan membuat project pada tugas akhir sebagai syarat kelulusan, tentu saja akan lebih berarti.
Kenapa saya memiliki pandangan seperti ini? Karena setiap saya bertanya ke sebagian lulusan perguruan tinggi yang sudah membuat skripsi, rata-rata top of mind dari skripsi adalah ungkapan-ungkapan beban yang mereka jalani. Mulai dari proses awal mencari judul, mencari data, informan, responden, penguasaan suatu metode, hubungan dengan dosen pembimbing yang kurang harmonis karena kucing-kucingan terus saat mau bimbingan hingga revisi yang tak berujung. Jadi yang saya tangkap, hampir gak ada kesan menyenangkan yang menempel di benak mereka dari proses membuat skripsi itu. Saat ditanya pun apa saja yang dihasilkan dari penelitian itu? Walaupun skripsi itu tidak dipakai dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-harinya, setidaknya saya berharap jawaban teman saya itu memiliki sedikit saja sesuatu yang dapat menjadi masterpiece untuk versi dirinya sendiri. Tapi saya hampir tidak memperoleh jawaban yang diharapkan dari 80% teman yang saya tanyai tentang skripsinya.
Sebelum membahas apa itu Non Skripsi yang sedang digadang-gadang oleh Pak Mendikbud, saya ingin cerita pengalaman saya waktu membuat skripsi di kuliah saya yang pertama. Saya meneliti tentang kearsipan di sebuah perusahaan jasa dan prosesnya memang sama lah ya, berdarah-darahnya, apalagi zaman saya kuliah dulu belum ada Mbah Gugel atau perpus online. Mencari data dan lain sebagainya cukup fighting. Tetapi dari top of mind bikin skripsi yang kurang menyenangkan itu, hasilnya saya bisa mengaplikasikan sistem kearsipan dalam pekerjaan saya setelah lulus, dalam organisasi dan komunitas yang saya ikuti. Jadi, skripsi yang saya buat benar-benar menghasilkan produk ilmu pengetahuan yang setidaknya bisa saya pakai sendiri dan dibagikan tipnya ke anak buah di kantor. Bahkan saat tidak ngantor pun ilmu tersebut tetap terpakai hingga sekarang.
Kembali ke Non Skripsi, suatu keberuntungan yang bukan kebetulan semata untuk saya. Dapat merasakan membuat tugas akhir berupa project Non Skripsi di LSPR (London School Of Public Relations) karena di kampus ini sudah menerapkan pilihan Non Skripsi untuk tugas akhir. Saya pun membuat project yang berhubungan dengan ilmu komunikasi yang saya pelajari.
Banyak yang bertanya bagaimana sistemnya Non Skripsi itu? Apakah sesimpel membuat suatu karya atau event, setelah itu selesai? Tentu saja tidak sesederhana itu. Membuat Non Skripsi juga tetap ada dosen pembimbing dan harus melalui berbagai proses seperti skripsi alurnya. Bedanya, Non Skripsi tidak mengacu pada metode qualitative atau quantitative.
Bisa ambil Non Skripsi jika?
Jika kamu punya passion menciptakan program, punya daya kreativitas dan inovatif dan suka mengeksekusi ide-ide yang ada dalam pikirannya. Jadi, tip nya adalah hubungkan dengan sesuatu yang kamu suka, dengan sesuatu yang berhubungan dengan proyek pekerjaan pribadi atau kantor dan hubungkan juga dengan sesuatu yang ingin banget kamu wujudkan dalam karya.
Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat Non Skripsi berupa project:
Membuat Non Skripsi tentunya tetap mengacu pada teknis pembuatan skripsi pada umumnya namun konten di dalamnya didominasi dengan aktivitas pembuatan project sebanyak 80% dan 20% nya adalah kajian dan penelitian. Jika ada yang bertanya, lho? Kok bikin project tetap ada kajian dan penelitiannya segala? Tentu ada bestie, jadi jangan dibayangkan bikin non skripsi itu seperti sesederhana yang dipikirkan kebanyakan orang atau para mahasiswa yang punya mental “kalah sebelum berperang”, contohnya hanya menganggap project itu hanya bikin event setelah itu selesai. Tetap ada pembuatan draft Bab 1 sampai 5 seperti layaknya skripsi. Berikut langkahnya.
1. Dua bulan sebelum mata kuliah SORP (Seminar Of Research Proposal) atau istilah populernya sempro, kamu sudah harus mulai memikirkan secara matang, apakah mau ambil skripsi atau non skripsi (tergantung kampusnya, apakah mengakomodir non skripsi atau tidak). Ikuti kata hati yang lebih condong ke melihat kemampuan diri, apakah cocok di skripsi atau non skripsi? Please jangan gambling ya Bestie!
2. Jika sudah bulat ingin mengambil non skripsi, cari peluang yang akan kamu hubungkan dengan pembuatan project kamu nantinya. Bisa dalam skala pribadi, melibatkan tempat kerja atau berkolaborasi dengan pihak lain seperti organisasi, brand atau apapun yang bisa mewadahi karya kamu nantinya.
3. Mengerjakan non skripsi bisa perorangan maupun kelompok. Kalau kamu tipe orang yang bisa sat set kerja sendiri, sebaiknya sendirian aja. Tapi kalau dari sisi biaya akan terasa berat dan pekerjaan project juga lumayan bikin pe er, kamu bisa pilih tim, minimal berdua maksimal berempat. Jangan kebanyakan juga jika berkelompok soalnya bisa kacau juga kalau kebanyakan kepala ya?
4. Setelah mata kuliah SORP keluar, bulatkan lagi tekat dan kamu sudah harus mulai mencari judul yang pas untuk non skripsi project nya. Usahakan dalam pembuatan judul tidak pasaran atau tidak sama dengan pakemnya skripsi yang lebih ke penelitian dan kajian, base on project artinya harus ada sesuatu yang dibuat, direncanakan, didesain atau dikembangkan. Jadi tidak sekadar meneliti.
5. Dalam mata kuliah SORP, biasanya masih ada kelas untuk memberikan beberapa penjelasan, usahakan kamu selalu hadir dalam setiap kelas tersebut agar tidak terlewat poin-poin yang harus dikerjakan dan teknis penulisan yang benar. Biasanya kamu juga akan diberikan buku panduan untuk teknis penulisan, teknis pengutipan dan lain-lain. Ikuti arahan sebaik mungkin.
6. Dalam penulisan Bab I, walau kamu ambil Non Skripsi, tetap mengemukakan latar belakang masalah berdasarkan isu-isu di lapangan, temuan-temuan hingga dasar-dasar lain yang bikin kamu menjadi bikin project tersebut. Sumber wajib ada, walaupun kamu punya ide dan opini pribadi, tetap harus dihubungkan ke sumber-sumber yang relevan. Latar belakang harus jelas dan menjadi alasan kuat mengapa harus ada project yang akan kamu kerjakan dan apa impact dari project yang dibuat, apa solusi yang ditawarkan dan apa kebaikan yang bisa diambil untuk mengatasi berbagai permasalahan itu.
7. Dalam Bab II, kerangka teoretis yang isinya berupa tinjauan pustaka, minimal merujuk pada 10 buku yang diterbitkan tidak melebihi 10 tahun dari waktu pembuatan project, referensi jurnal dan sumber-sumber lainnya. Disarankan untuk referensi buku, jurnal dan lain-lainnya tidak mengacu pada batas minimal, lebih baik dilebihkan dari pada kurang. Untuk referensi dari internet untuk amannya jangan pakai karya skripsi orang lain yang sudah ada, artikel website pribadi seperti blog atau media-media online yang identitasnya kurang kuat. Jika memang ada sumber yang pas banget dan kebetulan dari blog pribadi, cari penguat yang dapat mempertanggungjawabkan isi konten blog tersebut. Misalnya, sumber pendamping yang relevan dari jurnal atau paparan narasumber ahli yang berhubungan.
Selain referensi berupa buku, jurnal dan artikel, sertakan juga karya-karya serupa sebelumnya yang sudah ada dan sudah eksis. Hal ini dapat menjadi inspirasi atau acuan yang dapat diambil untuk project yang akan kamu buat. Jika belum ada, cari karya yang mendekati.
8. Dalam Bab III, jabarkan perencanaan karya mulai dari bagaimana menganalisis situasi objek karya, penargetan, penentuan taktik dan strategi hingga penentuan anggaran biaya.
9. Bab IV ini adalah konten utama dari project yang dibuat. Buatlah semuanya secara runut, jelas, kelengkapan proses, keterlibatan pihak-pihak hingga aktivitas project yang dilaksanakan harus secara rinci dituangkan. Mulai dari persiapan, proses kegiatan dengan timeline terperinci hingga evaluasi.
10. Bab V, untuk non skripsi, berisi implikasi dan rekomendasi. Dalam bab ini, pembuat karya mengemukakan keterlibatan atau sebab akibat dari hasil pembuatan karya tersebut pada object yang dituju juga pada semua hal yang berkaitan. Lalu rekomendasi terhadap akademisi dan praktisi pun dikemukakan dengan padat berisi sebagai rekomendasi ilmu pengetahuan baru dan temuan yang dapat bermanfaat untuk banyak pihak.
Tujuan Pembuatan Karya Non Skripsi
Selesai membuat Non Skripsi, apa lagi? Sebaiknya hasil karya yang telah dibuat dengan rentang waktu yang lumayan lama dengan berbagai proses totalitas itu, ada baiknya karya tersebut dapat menjadi kontribusi nyata untuk lingkungan dan orang banyak. Sesederhana bermanfaat untuk lingkungan pekerjaan dan organisasi. Jadi, project yang dibuat dapat di-follow up kelanjutannya.
Saya cukupkan sekian dulu, nanti disambung ya cerita soal Non Skripsi saya yang lebih detailnya di next article. Stay Tune!
No comments