Perkuat Wawasan Literasi Digital Untuk Keamanan Transaksi Keuangan


Ada ungkapan “Lebih baik ketinggalan dompet dari pada handphone” ini benar adanya karena sekarang dalam satu handphone terdapat beberapa aplikasi digital yang dapat berfungsi untuk berbagai kebutuhan. Mulai dari peta untuk perjalanan, transportasi, aplikasi percakapan, ecommerce hingga dompet digital. Maka dari itu, saat dompet dengan uang kas tertinggal di rumah, rasanya tidak sepanik saat ketinggalan handphone.

Berbagai fitur dari aplikasi Financial Technology seperti bank digital, dompet digital, pembayaran digital, pinjaman online, investasi, crowdfunding hingga asuransi sangat membantu berbagai keperluan dalam mendukung aktivitas sehari-hari seperti membayar bermacam-macam iuran rutin seperti membayar listrik, air, cicilan kendaraan atau rumah, berbelanja online dengan pilihan pembayaran secara digital hingga membeli produk investasi dapat dilakukan dengan mudah di mana saja. Bahkan bisa sambil rebahan bisa checkout sesuatu yang dibelinya via online dengan memanfaatkan aplikasi digital tersebut. 

Pada saat menggunakan produk digital tersebut, walaupun memudahkan tetap memiliki konsekuensi ancaman bahaya cyber mengingat setiap aplikasi digital memiliki tingkat keamanan berbeda dengan infrastruktur yang tingkat kualitasnya beragam. 

Berbagai ancaman bahaya dan penipuan dalam instrumen keuangan berbasis digital tersebut mencakup masalah-masalah berikut ini:

1. Pinjaman Online Ilegal

Saat ini menjamur aplikasi pinjaman online bahkan intervensi melalui aplikasi chat langsung yang entah mereka mendapatkan data kontak sasarannya dari mana. Kemudahan yang ditawarkan hanya dengan menyertakan data berupa nama lengkap, alamat lengkap dan swafoto dengan kartu identitas, membuat calon korbannya terbius dan tergoda untuk memperoleh pinjaman tersebut tanpa memikirkan risiko bunga besar yang akan dibebankannya. 

2. Pencurian Data dengan Berbagai Modus

Pencurian data biasanya dilakukan dari berbagai aktivitas pengisian formulir ilegal dan keikutsertaan suatu kegiatan yang sebenarnya tidak memerlukan kartu identitas secara langsung. Pencurian data juga bisa dari kecerobohan pada saat bertransaksi keuangan di tempat umum.

3. Jebakan Judi Online

Banyak pekerjaan online yang ditawarkan dengan langkah mudah, misalnya hanya berinvestasi Rp100.000 pada platform investasi ilegal dalam beberapa waktu bisa berkali lipat keuntungannya menjadi Rp1.000.000 tapi setelahnya malah terjerumus dalam pusaran utang karena ketagihan.

4. Iming-iming Kemudahan yang Too Good To Be True

Banyak program giveaway yang menawarkan keuntungan besar dan cepat, biasanya pelaku akan mengirimkan email, pesan di aplikasi chat hingga panggilan telepon dengan berpura-pura menjadi petugas bank atau mengaku dari institusi tertentu menginformasikan bahwa calon korban adalah pemenang undian dan sejenisnya yang mana calon korban akan diarahkan untuk mengisi formulir, menyebutkan nomor rekening dengan meminta identitas dan kata kunci akun atau diarahkan untuk transfer sejumlah uang sebagai pembayaran biaya pajak hadiah.

5.  Pelayanan Pelanggan Palsu

Pelaku penipuan juga kerap menyamar menjadi customer service bank atau pelayanan lainnya yang menghubungi pelanggan untuk menawarkan upgrade kartu atau menjadi nasabah bank prioritas dengan benefit tertentu namun sumber informasi ilegal. Tak hanya itu, banyak juga pelaku yang menyebarkan surat edaran palsu dengan kop surat institusi perbankan atau berbagai platform lainnya yang menyebarkan pengumuman palsu untuk memengaruhi calon korban agar memberikan data krusial.

6. Phishing

Pernah mengalami dikirim link aplikasi atau dokumen yang harus diunduh melalui aplikasi chat atau email? Ini adalah jenis penipuan melalui phising yang mana link atau dokumen lampiran telah disusupi oleh virus atau pengintai yang dapat membuka kata kunci akun perbankan dan keuangan lainnya yang terinstal dalam gadget-nya.  

Pengguna instrumen keuangan digital wajib berhati-hati dan bijak dengan selalu kritis terhadap berbagai penawaran yang disampaikan. Sebaiknya pengguna juga tidak mudah dipengaruhi pihak-pihak yang mengatasnamakan sebuah institusi atau organisasi yang mengarahkan untuk melakukan sesuatu yang tidak wajar. Caranya segera verifikasi informasi dari berbagai arah atas informasi yang diterima terkait penggunaan aplikasi keuangan dan berbagai penawaran-penawaran yang datang tersebut. 

Kata kunci dan identitas sensitif sebaiknya disimpan baik-baik dan tidak diekspos di sosial media serta platform yang mudah diakses banyak orang. Ganti kata kunci akun bank dan e-wallet secara berkala dengan kombinasi huruf, angka dan tanda baca yang rumit serta tidak menuliskannya di tempat terbuka.

Gunakan juga berbagai fitur keamanan yang dapat melindungi akun-akun bank digital serta berbagai aplikasi keuangan lainnya, misalnya dengan mengaktifkan verifikasi keamanan dua langkah atau 2FA (Two Factor Authentication) 

Selain itu, pengguna juga sebaiknya punya kemampuan mengidentifikasi pengirim pesan dengan menganalisis cara mereka berkomunikasi. Walaupun mereka berkomunikasi secara profesional tetap harus verifikasi informasi dengan kontak bank yang resmi. Selain itu, perhatikan nomor kontak mereka yang digunakan, jika nomor kontak resmi, aka nada tanda tertentu misalnya tanda centang biru sebagai tanda resmi kontak tersebut.

Edukasi literasi digital keuangan sudah sering disampaikan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan berbagai institusi perbankan hingga platform e-wallet seperti BCA, Mandiri, DANA dan OVO dengan anjuran penerapan 2FA dan notifikasi transaksi secara real-time. Berbagai edukasi ini tentunya akan berpengaruh dan memberikan penguatan keamanan serta pemahaman literasi digital masyarakat jika ada peran dari individu masing-masing untuk berkomitmen mengaplikasikan berbagai edukasi tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Tujuan dari edukasi ini untuk meminimalisir risiko penggunaan instrumen keuangan digital yang seharusnya bermanfaat dan memudahkan bagi masyarakat. 

Semua bergantung pada sikap dan perilaku penggunanya sendiri untuk selalu memahami konteks keamanan keuangan digital dengan bersikap kritis dan mencari tahu cara melindungi akun yang dimiliki dari berbagai platform keuangan digital tersebut.  

Mari kita belajar tanpa batas untuk mendalami literasi digital tanpa henti karena dinamikanya cepat dan memerlukan wawasan luas.

No comments