Shooting untuk sebuah podcast |
Prinsip saya, hidup adalah belajar dan berjuang tanpa batas. Apakah saat menjalaninya merasa nyaman, suka dan siap atau malah sebaliknya? Tetaplah pada kenyataannya proses belajar dan berjuang itu satu paket yang terus mengiringi hidup tanpa batas. Ibarat manusia yang awalnya dari perjalanan sperma ke sel telur lalu menjadi zigot dan melanjutkan proses menjadi janin, keluar dari Rahim tumbuh menjadi bayi, balita, hingga menjadi manusia yang beranjak dari anak-anak hingga dewasa. Sebuah proses panjang yang di dalamnya berisi pelajaran dan perjuangan tiada henti. Tiada henti karena setelah manusia menjadi dewasa dan matang, dirinya akan selalu dituntut meningkatkan kemampuan dan adaptif dengan perubahan.
Refleksi dari 2024 ini saya benar-benar mengalami renovasi besar-besaran dalam peningkatan berbagai kapasitas diri. Saya sangat bersyukur mengalami berbagai tantangan yang on point terhadap peningkatan kapasitas yang saya butuhkan untuk menunjang kualifikasi saya dalam pekerjaan palugada sebagai blogger, content writer, konseptor acara, konsultan pemasaran digital hingga corporate trainer hingga mengajar menjadi dosen tamu dan asisten dosen di kampus tempat saya kuliah S2 yang sedang berlangsung.
Ketika saya dituntut untuk lebih banyak belajar meningkatkan daya juang di tahun ini, awalnya sangat berat mengingat saya membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya untuk sebuah proses improvement itu. Sedangkan saya sedang berjuang sendiri tanpa support system. Semua kapasitas untuk saya bertahan hidup penuh keterbatasan. Tapi saya mencoba untuk terus menjalaninya dan menerima tantangan itu walau terseok. Saya meyakini dari semua itu ada maksud baik dan rencana Allah SWT yang menginginkan saya tidak berkutat di zona nyaman dengan keilmuan terbatas dan tidak berkembang.
Di 2024 saya sungguh mendapatkan banyak ujian yang harus dilalui satu per satu. Ternyata ujian tersebut membuka mata saya lebih lebar yang mana selama ini selalu mendapatkan kemudahan berupa pekerjaan yang menghampiri sendiri, privilege dari pihak-pihak tertentu dan mendapatkan banyak kesempatan baik dalam karir serta kehidupan personal, di 2024 saya menghadapi tantangan melalui uji kemampuan yang sesungguhnya yaitu melalui proses pengerahan daya dan upaya semaksimal mungkin. Memperkokoh dari dasar keilmuan diri untuk mengisi rongga-rongga yang kopong.
Rongga kopong itu bisa jadi berupa ilmu yang perlu di-upgrade, kedewasaan diri yang perlu ditingkatkan dan pengembangan kepribadian yang diperkuat dengan prinsip.
Berikut milestone renovasi besar-besaran yang saya alami di 2024:
1. Akademis
Memasuki perkuliahan S2 Komunikasi membuat saya mengalami fase belajar hal baru dalam menulis penelitian dan struktur yang sangat jauh berbeda dengan dunia menulis yang sudah saya jalani sebelumnya, lebih dari satu dekade dalam kegiatan blogging copywriting untuk berbagai keperluan pemasaran digital para klien.
Tentu saja saya mulai membawa gelas kosong kembali untuk mempelajari teknik penulisan essay dan lain-lainnya yang lebih deep dan kritis. Sama sekali tidak merasa “bisa” karena punya pengalaman menulis, menyadari kalau teknisnya jelas berbeda.
Lalu kemampuan Bahasa Inggris di perkuliahan S2 LSPR harus lulus TOEFL minimal skor 500. Ini adalah tantangan terbesar untuk saya. Walaupun selama ini bisa melakukan percakapan Bahasa Inggris secara aktif dalam pekerjaan juga korespondensi yang intens dalam bahasa tersebut namun tidak bisa masuk standar kemampuan dalam dunia akademis apalagi untuk tujuan membuat artikel jurnal dan publikasi internasional lainnya dengan Bahasa Inggris yang harus sesuai dengan tata bahasa dan ejaan baku.
Jadi, dalam keterbatasan waktu saya, menjalani proses belajar Bahasa Inggris secara online dan khusus persiapan ujian TOEFL dengan guru khusus. Tak hanya itu, saya pun membeli buku tes TOEFL dan mempelajarinya sendiri dibantu tutorial di Youtube. Sampai saya melakukan tes dua kali karena yang pertama tidak lulus. Sangat melelahkan itu pasti karena saya juga memiliki banyak aktivitas, deadline pekerjaan dan mengurus komunitas. Tapi demi mengisi rongga kopong dari keilmuan yang ada, saya menjalani dengan penuh kesungguhan ingin belajar. Bukan sekadar untuk memenuhi suatu syarat dalam sebuah tujuan.
Alhamdulillah bisa lulus juga TOEFL 500 dengan keterbatasan saya yang sudah berusia, mata sudah plus, jadi ketika ujian paper based sungguh bikin pusing saat menghitamkan lingkaran di lembar jawaban hahaha tapi saya gak menyerah! Semua dapat dilalui dan manfaatnya tentu saja terasa karena saya menjalaninya bukan hanya untuk memenuhi persyaratan tapi kesungguhan ingin meningkatkan kapasitas dalam Bahasa Inggris, saya menjadi lebih percaya diri dan mampu mengeksplorasi lagi.
2. Freelancer Level Up
Sertifikasi BNSP untuk Advertising |
Sudah saatnya saya melakukan terobosan dari diri saya sendiri untuk mendapatkan proyek pekerjaan. Bukan hanya mengandalkan bola datang tapi saya pun harus mampu menjemput bola lebih proaktif. Dengan diberikan ujian sepinya job yang saya dapatkan di 2023 karena beberapa perusahaan yang bisa bekerja sama dengan saya tutup, pailit dan sejenisnya maka di awal 2024 saya membuat langkah dengan lebih banyak berjejaring sambil mengelompokkan kontak-kontak potensial dan mengirimkan proposal kerja sama ke beberapa pihak. Demi profesionalisme, saya membuat badan hukum dengan nama PT.Berta Karya Bestari.
Berbekal portofolio dan pengalaman, saya membuat konsep jasa konsultan untuk perusahaan dalam bidang pemasaran digital dan corporate branding. Pengembangan bisnis dari level freelancer menjadi entrepreneur tentu tidak mudah karena walaupun sudah mendapatkan klien dan revenue tapi profit belum begitu signifikan terhadap usaha saya ini. But it’s not too bad! Banyak pelajaran yang saya dapatkan. Mulai dari strategi dalam membuat model bisnis, pemasaran hingga penyesuaian konsep.
Alon alon asal kelakon kalau menurut ungkapan Bahasa Jawa ya? Dari tantangan ini, saya merasa menjalani pilihan tepat dalam memutuskan di saat sepi job, apakah harus meratapi dan menunggu yang datang lagi? Atau bangkit lebih proaktif? Saya memilih proaktif untuk berusaha maksimal. Masalah hasil, serahkan sama Allah SWT.
3. Belajar dari Kerja Berdurasi Pendek
Dua bulan freelancer di Indonesian Dance Festival 2024 (Media Relations & Community Engagement) |
Bersama Tim Muda Indonesian Dance Festival 2024 |
“Ngapain kamu kerja magang padahal kerjaan kamu udah bikin padat merayap?” Ujar H, seorang Teman.
“Mba Ani, saya gak enak ih kalau Mba mau kerja di sini, aku gak mampu bayar gajinya.” Ujar Ibu R seorang pimpinan sebuah perusahaan.
“Mba, yang bener aja? Dirimu kan punya usaha sendiri dan udah pengalaman dari hal ginian (digital marketing)” Kata Pak G seorang pimpinan perusahaan lainnya.
“Aku mikir pas Mba Ani masuk ke sini, sekelas Mba Ani buat apa apply magang di sini?” Ungkap Mba R seorang Teman baru di tempat magang.
Ungkapan-ungkapan tersebut tak membuat saya jumawa atau merasa di atas angin. How come? Why? It’s really doesn’t matter buat bekerja magang di sebuah perusahaan (dengan catatan bukan kerja tetap) jika ingin eksplorasi dunia kerja yang dinamis dan berkembang setiap zamannya? Untuk mengetahui bagaimana budaya kerja lintas generasi yang tak dialami dulu, sebelum kehadiran Gen Z dan era digital, mengetahui sistem manajemen dan etos kerja yang penting diketahui oleh seorang pemimpin dalam skala lapangan dan terpenting lagi dengan bekerja magang dalam durasi pendek paling sedikit dua bulan akan memberikan banyak insight dan pola kepemimpinan yang dapat diadaptasi dalam usaha sendiri walaupun tidak sepenuhnya.
Dengan bekerja magang dalam durasi pendek juga dapat meningkatkan pengalaman leadership bagi yang memiliki usaha, agar dapat menerapkan attitude baik bagi teamwork agar lebih empati dan tidak semena-mena dan tidak euforia mentang-mentang menjadi pimpinan. Kesan yang gak nyaman bagi siapapun yang menjadi anak buahnya akan terus menempel sampai kapanpun maka, itulah pentingnya belajar tanpa batas dan tidak merasa cukup walau sudah ada di pucuk pimpinan.
4. Menjadi Asisten Dosen
Cuplikan kontrak kerja Asdos |
Idealnya, seusia saya ini harusnya sudah bergelar doktor atau Associate Professor atau bahkan di atasnya (Saya tidak ambisi juga untuk mencapai gelar ini karena mengukur kemampuan terutama biaya tapi jika Allah mengizinkan, saya akan bersyukur menjalaninya) saya baru mendapat kesempatan sampai kuliah S2 justru di usia yang sudah tak muda lagi (karena baru dapat rezekinya sehingga pas kondisi dan biayanya, alhamdulillah beasiswa bisa meringankan). Ada sejuta hikmah di baliknya. Allah SWT memberikan rencana lain untuk saya. Mungkin agar saya mendapatkan ilmu dari perkuliahan yang lebih kekinian dan sebelumnya saya ditugaskan untuk banyakin kerja di kantoran, berorganisasi dan mengajar di skala pengabdian masyarakat dulu. Setelah kenyang dan puas mengabdi pada berbagai pekerjaan dan pengabdian masyarakat, baru diberikan penguat kualifikasi dari akademis dengan kuliah lagi.
Ternyata rencana Allah SWT terhadap saya begitu indahnya dan sangat linier dibanding planning saya dahulu. Benar saja, setelah saya kenyang dengan berbagai pekerjaan praktisi dan lapangan, saya diberikan penguatan melalui akademis di bidang yang sangat berhubungan yaitu antara marketing, komunikasi dan dunia kepenulisan.
Sebelum kuliah lagi, saya kerap mengajar sebagai dosen tamu di beberapa universitas seperti Sekolah Tinggi Pariwisata (STP Sahid), Universitas Pelita Harapan, Binus University, Sampoerna University dan lain-lain. Menjadi trainer untuk corporate hingga mengisi berbagai acara talkshow dan workshop brand. Dengan berbagai portofolio tersebut saya tidak merasa sudah menjadi guru atau coach tapi menganggap hal itu adalah bagian dari pengabdian atas pekerjaan saya.
Pada saat saya terjun di dunia akademis dan belum menyelesaikan pendidikan S2, artinya saya belum bisa menjadi dosen karena syarat dasar menjadi dosen adalah minimal pendidikan S2. Ingin memanfaatkan waktu, saya tergerak untuk mengawali karir dosen dengan menjadi Asdos atau Tutor di kampus tempat saya belajar.
Ternyata menjadi Asdos tidak bisa disepelekan lho tugasnya, selain menjadi asisten pengajar juga harus mengecek semua tugas mahasiswa selama belasan sesi dan harus memonitor perkembangan mahasiswanya. Selain itu, menjadi Asdos juga harus ada komunikasi intens dengan dosen pengajar utama dan memastikan keperluan dosen semuanya terakomodir dengan baik.
Menjadi Asdos tentunya langkah awal bagaimana menyusun strategi proses belajar mengajar. Apalagi saya kebagian proses mengajar pendidikan jarak jauh yang mana saya dituntut untuk lebih membangun hubungan emosi dengan semua mahasiswa. Jika ada bonding makan proses belajar mengajar menjadi smooth dan nyaman.
Saya yang belum lulus S2 apalagi S3, tentu harus banyak membaca jurnal, buku dan berbagai sumber agar kapasitas saya walau sebagai Asdos dapat mengajar mahasiswa S1 dengan totalitas. Salah satu yang mendukung kegiatan saya sebagai Asdos adalah portofolio dalam pekerjaan yang dapat menjadi nilai tambah dalam proses mengajar.
Alhamdulillah saya mampu dan bahagia menapaki langkah di kegiatan akademis kuliah S2 sambil mengajar sebagai Asisten Dosen tanpa merasa downgrade terhadap portofolio mengajar saya di luar akademis. Tentu portofolio akademis dan praktisi adalah dua hal berbeda maka dari itu saya sangat antusias dalam menjalani hal baru sebagai Asdos. Langkah awal yang manis.
Poin plus yang saya berikan saat menjadi Asdos yaitu saya lebih luwes dalam mengajar, tidak sekadar membaca presentasi bahan ajar tapi saya pun mengelaborasi dengan berbagai pengalaman dan kegiatan di praktisi sehingga memberikan banyak pengetahuan kepada mahasiswa selain teori juga studi kasus yang aplikatif.
Lalu, saya pun tetap hormat kepada Bapak dan ibu Dosen utama, saya menjadi asisten yang baik dan menempatkan diri sesuai dengan tugas saya sebagai Asisten Dosen dan mematuhi peraturan akademik serta bersahabat dengan mahasiswa.
5. Menyikapi sesuatu yang belum rezeki
Ketika ada pembatalan kerja sama, pemutusan kontrak belum waktunya, penolakan dan sejenisnya, tentu pada awalnya kecewa dan sedih, manusiawi ya? Tapi alhamdulillah saya selalu diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk menyikapi semua hal yang membuat down itu dengan sudut pandang “belajar” dan mengambil hikmah. Saya berusaha meningkatkan kapabilitas dan mereview kembali semuanya. Justru hal ini pun menjadi sebuah privilege untuk saya. Privilege untuk mendorong saya lebih berkembang dan mengupayakan kembali untuk menaiki tangga-tangga berikutnya dengan mengerahkan berbagai upaya.
Dari sini pun saya dapat belajar bagaimana pola komunikasi pemberi kerja yang belum rezeki ini. Ada yang manusiawi dengan menguatkan dan menjelaskan kondisi yang terjadi atas pertimbangan pembatalan atau penolakan itu (Alhamdulillah setelah perusahaannya stabil dan membaik, mereka biasanya mengajak saya kembali bekerja sama).
Itulah milestone saya dalam berproses di 2024 tentu saja dalam menjalankan semua itu sambil bekerja seperti biasanya, jadi gak start from zero but improving my ability and portfolio dengan renovasi besar-besaran terhadap semua pencapaian saya.
And 2025 here I come!
No comments