Public Speaking Bukan Sekadar Pandai Berbicara



Jika ada yang bertanya, pekerjaan saya apa? Spesifikasinya apa? Tiba-tiba suka random menjawab karena saya generalis alias palugada (apa lu mau gua ada), saya bisa memenuhi berbagai kebutuhan pekerjaan untuk industri kreatif seperti content writer, pemateri talkshow dan workshop, konseptor event, konsultan branding dan pemasaran, corporate trainer, blogging hingga mengajar menulis secara private. Mengapa saya jadi semaput saat ditanya? Karena saya jadi balapan dalam pikiran saya untuk menyebutkan salah satu yang paling menonjol dari semua jenis pekerjaan saya itu. Semua jenis pekerjaan yang saya jalani tersebut jika disimpulkan dalam satu payung besar, bisa masuk ke ranah “Communication Practitioner”

Sebagai praktisi komunikasi yang menjalankan berbagai jenis pekerjaan dalam satu lini tentu sangat memudahkan saya saat membuat materi yang berkaitan dari satu topik ke topik yang lainnya.

Berangkat dari generalisnya saya maka kini tidak fokus pada satu niche untuk dikenal oleh orang lain sebagai siapa dan sebagai apa namun saya fokus ke kontribusi apa yang bisa diberikan. Jadi waktu yang saya miliki tidak terbuang hanya untuk memikirkan “ingin dikenal sebagai siapa dan sebagai apa?”  

Skills yang mau saya bahas saat ini adalah soal public speaking dan personal branding yang mana dua hal ini selalu berkaitan dalam praktiknya. Yuk bahas satu per satu dengan obrolan warung kopi atau kafe kekinian.

Kebetulan, saya mengikuti kelas public speaking yang diselenggarakan oleh Komunitas ISB #ISBTalkshow dengan pembahasan public speaking dan personal branding dengan pemateri Alia Rahma yang telah memiliki jam terbang tinggi dalam dunia komunikasi. Ditambah dengan portofolionya sebagai sosok unggul dalam kejuaraan None Jakarta 2001 dan lima besar Putri Indonesia 2005. Segudang prestasinya menjadi amunisi untuk menyerap energi dan wawasannya.

Public Speaking

Hal dasar yang sering diutarakan orang-orang yang ingin belajar public speaking beberapa diantaranya, ingin pede bicara di depan banyak orang, ingin dapat keterampilan seni berbicara untuk beberapa peluang seperti MC, moderator, penyiar radio dan presenter dan banyak hal lain lagi.

Ada beberapa tujuan yang sering terlewatkan  dari tujuan mempelajari public speaking yaitu:

Seni berbicara dalam bekerja, artinya seseorang yang belajar berbicara dengan terstruktur, mudah dimengerti, dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan sebagian tugasnya. Contohnya saat seorang pimpinan memberikan instruksi kepada anak buahnya dengan jelas, intonasi tidak memerintah, kalimat tidak menggantung dan arahan yang fokus. Dengan demikian, para anak buah tidak akan kebingunan saat memulai tugasnya karena sudah ada instruksi jelas dan tidak perlu bertanya ulang.

Mindful speaking, dengan berbicara hadir sepenuhnya, seorang pembicara dapat memaknai kehadiran orang lain secara utuh. Jika sudah menerima seluruh peserta yang hadir dengan senyuman dari hati, peserta pun akan merasa diterima dan siap menerima apa yang akan disampaikan. Proses interaksi pun akan berjalan dengan lancar.

Meyakinkan lawan bicara, pada saat menyampaikan informasi baik kepada perorangan atau organisasi, ketika memiliki ide dan konsep pemikiran luar biasa, orang akan menaruh harapan terhadap aspirasi yang disampaikan tersebut.

Kembali ke kelas Public Speaking bersama Alia Rahma yang membuka sesi dengan memberikan pemahaman bahwa berbicara di depan publik bukan sekadar retorika namun sebuah kesempatan untuk mentransfer energi kepada audiens melalui pesan yang disampaikan dengan balutan bahasa tubuh dan mimic wajah yang menegaskan bahasan tema. Perlu diyakinkan bahwa berenergi saat menyampaikan informasi ke publik itu merupakan bagian penting untuk menciptakan bonding dengan audiens.


Sumber: Komunitas ISB

Tip Public Speaking dari Alia Rahma

Dalam praktiknya, untuk memperlancar penyampaian informasi, Alia memberikan tiga tip dalam mempersiapkan proses public speaking yaitu dengan memahami situasi, mengenal audiens hingga fokus pada tujuan penyampaian pesan.

Alia menekankan pada teknik Public Speaking Mehrabian Formula, yaitu:

Perhatian audiens 55% akan fokus pada penampilan pembicara, 38% pada bagaimana pembicara menyampaikan pesan dan 7% pada isi pesan atau konten yang disampaikan. Oleh karena itu, Alia juga menyarankan selain keterampilan berbicara, dress for success juga sangat penting dan cara penyampaian pesan dengan tempo yang stabil, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat dengan artikulasi yang jelas dan berikan jeda saat mencerna pesan.

Berikan penekanan kata dengan intonasi yang tepat agar pesan dapat dicerna dengan baik. Diperkuat juga dengan bahasa non-verbal seperti gerakan tangan yang, ekspresi wajah dan kontak mata. Gestur tubuh akan memberikan kekuatan identitas pembicara namun tidak disarankan melakukan gerakan yang berlebihan.

Dalam mengatasi filler words Alia menyarankan pembicara untuk melakukan penguasaan materi yang akan disampaikan. Biasanya, filler words terjadi pada saat konektivitas pikiran dan pembicaraan tidak sinkron. Pada kondisi ini, akan keluar filler words berupa eu..eu.., ummm.., ah atau berdecak dan mengecap. Namun Alia memberikan pendapat bahwa filler words bukan hanya kata-kata yang sudah disebutkan sebelumnya. Menurutnya, filler words bisa saja berupa kata-kata yang sering diucapkan dan terjadi secara berulang dalam transisi kata yang tidak terstruktur.

Contoh filler words lainnya itu seperti, “itu lho”, “apa ya”, “ya…”, “oke”, “seperti yang kita ketahui”, “begitu sih” dan lain-lain. Tip agar tidak terjadi filler words, dapat menambah penguasaan kosa kata, memperluas wawasan, menguasai materi yang disampaikan dengan mempersiapkan contoh kasus agar pada saat menjelaskan sesuatu sudah tahu contoh kasus apa yang akan dibahas dan terhindar dari jeda berpikir terlalu lama yang akan menimbulkan filler words.

Public Speaking dapat dilatih dari hal-hal kecil. Jika Teman-teman sedang berada di suatu forum, coba untuk aktif memberikan feedback diskusi atau pada saat mengikuti acara-acara workshop dan talkshow dengan lingkungan berbeda, dapat memanfaatkannya untuk menguji keberanian tunjuk tangan untuk bertanya, memberi pendapat atau sekadar menanggapi pembicara. Tentunya jika terlatih mulai dari hal-hal kecil seperti berinteraksi dalam forum dan kelompok diskusi, dapat mengantarkan pada kebiasaan untuk percaya diri berbicara di depan publik.

No comments