Pemilihan umum serentak membuat saya merenung dan ambil hikmah bahwa menjadi manusia beradab tak perlu berpendidikan tinggi, bergelar jabatan tertentu hingga menjadi sosok yang populer. Menjadi manusia cukup dengan punya sikap menahan diri, mengendalikan diri dan bijak menempatkan sesuatu pada tempatnya. Hikmah itu saya rasakan di hari ini, di pemilu yang sedang mengolok-olok demokrasi yang sesungguhnya.
Mengenal GRIT
“Lho! Kok bisa ya saya sekarang sepede itu bicara di depan orang banyak?” Pernah suatu waktu saya baru menyadari apa yang menjadi aktivitas dominan saat ini. SD dan SMP saya entah mengapa, ketika dihampiri atau diajak ngobrol teman yang bintang kelas apalagi yang primadona serasa bahagia gak ketulungan. Padahal kemampuan akademis sama dan bayar spp juga sama. Pokoknya saat itu saya menilai diri saya sendiri rendah dan tak patut mendapatkan sesuatu yang layak. Apapun perlakuan teman-teman saya saat itu, saya selalu terima. Baik atau buruk, membela diri rasanya hanya sesuatu yang sia-sia.
Personal Branding Memberi Panggung Untuk Semua Orang
Dea mengeluh saat tak menemukan talent yang pas untuk mengisi acara di perusahaannya. Dea sudah menghubungi beberapa orang hasil rekomendasi temannya yang diperkirakan cocok untuk berbagi pengalaman cara bersosial media yang baik bagi para karyawan. Namun melihat porto folio dan konten sosial medianya, kurang merepresentasikan dirinya sebagai figure yang layak berbagi motivasi. Terlihat apa adanya, kurang memberikan empowerment kepada followers-nya dan sedikit sekali interaksinya.
Adab Saat Ikut Workshop Atau Belajar
Foto : Pixabay |
“Teh Ani udah sering jadi
pembicara kok masih ikut-ikut kelas menulis?”
“Acara ini narasumbernya kan dulu
yang pernah belajar dari Teh Ani, kok Teh Ani ikutan di sini?”
Dua pertanyaan itu kerap saya dapatkan saat saya mengikuti sesi workshop. Bukannya saya senang atau bangga dengan pertanyaan yang ditujukan seperti itu. Justru saya merasa sedih, bagaimana bisa? Sesama blogger pemahamannya terhadap seorang pembicara hanya sebatas senior dan junior? Juga sebatas siapa guru dan siapa murid?
Kenapa Gak Dari Dulu Ya?
Kalimat di judul tulisan ini kerap terlontar saat merasakan manfaat suatu layanan yang dibantu digital atau sesuatu yang bisa dilakukan online dan malah lebih luas jangkauannya. Efektif, efisien dan harga sangat hemat.
Normal Baru Semakin Jaga Diri
RUU Pertembakauan Ancam Generasi Penerus
Justika Membantu Blogger dan Netizen Melek Hukum
Budi Pekerti Menyelamatkan Segala Perkara
Foto By pixabay.com |
Buku Paket Pelajaran Sekolah Turun Temurun
Foto dipinjam dari Twitter @Yoyen (Lorraine Riva) |